1.
Biografi Jamaluddin Al Af Ghani
(1838-1897)
Sayyid Jamal al-Din al-Afghani (atau nama lengkap beliau Muhammad Jamaluddin Al Afghani)
merupakan seorang tokoh pembaharuan yang hidup pada abad ke-19M. Pemikirannya
tertumpu kepada usaha untuk mengembalikan kegemilangan umat Islam yang ketika
itu berada di bawah cengkaman penjajah. Sumbangannya banyak, antaranya dalam
bidang politik apabila beliau menganjurkan pembentukan konsep Pan-Islam kepada
masyarakat.Menurut Nikki R.Keddie, al-Afghani telahmenghabiskan banyak usianya
dalamaktiviti politik berbanding dengan aktiviti lain seperti pembaharuan dalam
hal keagamaan yang turut mendapat tempat dalam pemikiran beliau. Ini membawa
maksud, pembaharuan dalam bidang politik seperti mewujudkan kesatuan politik
dan pembentukan serta pengukuhan kekuatan dalam dunia Muslim dan menamatkan
penjajahan Barat merupakan satu keutamaan kepada al-Afghani (Keddie 1983: 39)[1].
Nama panjang beliau adalah Muhammad Jamaluddin Al Afghani,
dilahirkan di Asadabad, Afghanistan pada tahun 1254 H/1838 M. Ayahanda beliau
bernama Sayyid Safdar al-Husainiyyah, yang nasabnya bertemu dengan Sayyid Ali
al-Turmudzi (seorang perawi hadits yang masyhur yang telah lama bermigrasi ke
Kabul) juga dengan nasab Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib. Pada usia 8
tahun Al-Afghani telah memperlihatkan kecerdasan yang luar biasa, beliau tekun
mempelajari bahasa Arab, sejarah, matematika, filsafat, fiqh dan ilmu
keislaman lainnya. Dan pada
usia 18 tahun ia telah menguasai hampir seluruh cabang ilmu pengetahuan
meliputi filsafat, hukum, sejarah, kedokteran, astronomi, matematika, dan
metafisika. Al-Afghani segera dikenal sebagai profil jenius yang penguasaannya
terhadap ilmu pengetahuan bak ensiklopedia[2].
Dari keterangan diatas sudah jelas memberingan informasi bahwa dorongan yang
besar dalam menuntut ilmu dan menjadi salah pemikir yang memilki kontribusi
yang besar kepada dunia Islam pada zaman beliau, ditamabah dengan kecerdasan
yang telah beliau miliki dari sejak kecil
adalah bahwa beliau memilki latar belakng keluarga yang menjadi salah
satu perawi hadis yang terkenal.
Al-Afghani
merupakan seorang pengembara yang hebat dan banyak pengalaman. Sepanjang kehidupannya, beliau
telahmembuat penjelajahan dan pengembaraan hampir ke seluruh pelusuk dunia. Di
dalam ekspidisinya itu, beliau banyak membuat lawatan ke beberapa buah negara
Islam di Asia dan Afrika serta pernah sampai ke benua Eropa untuk mencari
pengalam hidup disamping menyampaikan buah fikirannya. Hal ini dapat beliau
lkasankan adalh karena belaiu menguasai banyak sekali bahasa diantanya adalah bahasa
Afghan, Parsi, Turki, Arab, Perancis, Inggeris dan juga Rusia (al-Makhzumi
1965) [3].
2.
Pemikiran Al Af
Ghani
Pada setiap pemikiran yang di sampaikan oleh seseorang pastinya
tidak terlepas dari latar belakng sosial seseorang tersebut. Pada awalnya
lahirnya pemikiran Al Af Ghani adalah bermula dari Kesadaran eksistensi umat
Islam memperoleh momentumnya meski berada dalam tekanan politik di negerinya
sendiri, umat Islam terobsesi dengan sejarahnya di masa klasik Islam. Dengan
meneliti sebab-sebab kemerosotan umat Islam dan sebab-sebab kemajuan Barat yang
spektakuler, sehingga bangsa-bangsa Barat mampu menaklukkan dunia Islam dan menguasainya
dengan kuat secara politik. Keprihatinan in melahirkan pemikir Islam yang
melihat betapa seriusnya persoalan umat Islam dalam tekanan politik kaum
kolonial Barat[4].
Hal ini sebagaimana yang
dikatakan oleh Jamaluddin Al-Afghani (1839-1897) menyatakan bahwa “keadaan itu merupakan malapetaka
bagi umat Islam”. Al Afghani melihat hal ini pertama kali di negerinya Afghanistan,
kemudian India, Mesir dan Iran, ia menyaksikan hal yang serupa, yang menebalkan
keyakinannya bahwa dunia Islam sedang menjadi permainan politik bangsa penjajah
dari Barat, khususnya Inggris dan merupakan ancaman yang serius bagi dunia Islam.
Kekhawatiran Al-Afghan inilah yang menjadi alasan beliau memulai untuk
melahirkan pemikiran dalam melawan penjajahan yang terjadi di sekelilingnya
bahkan di negaranya sendiri.
Melihat kondisi seperti ini maka para tokoh kebangkitan Islam menyebutkan beberapa sebab utama terjadinya keadaan
tersebut, yaitu:
1)
erosi nilai-nilai Islam dan ketidakpedulian pemerintah untuk
menerapkan peraturan sosio-ekonomi dan etika Islam.
2)
sikap diam dan kerjasama lembaga ulama dengan pemerintah yang pada
hakikatnya tidak Islami.
3)
korupsi dan kezaliman kelas penguasa dengan ketergantungannya pada
kekuatan- kekuatan imperialis yang tidak Islami[5].
Dari keadaan seperti ini
tentunya menjadikan dua hal yang sangat penting diantaranya melahirkan semangat
kebangkitan dari tokoh-tokoh pembeharu Islam untuk menjadikan negarany sebuah
negara Islam. Maka dari hal ini lahirlh teologi yang tidak lepas kaitannya dengan bagaimana menjadikan negara
itu menjadi sebuah negara Islam. Karena pemikira pembaharuan Jamaludin Al af
Ghani ini bahwa ia berkayakinan Islam adalah yang sesuai untuk semua bangsa dan
semua zaman, dan semua keadaan[6].
Berawal dari banyaknya campur tangan dari orang Barat dan Eropa
pada negara Islam termasuk India, maka lahir ide dari beliau untuk membangun
gerakan yang mampu mewujudkan cita-cita para pembahrau dan tokoh-tokoh
pembaharu pada waktu itu. Kemudian dari
itu beliau munculnya sebuah gerakan yang pertama kali di cetuskan oleh Al Af
Ghani adalah Perkataan Pan-Islam di dalam bahasaArab bermaksud ‘al-Wihdah
al-Islamiyyah’ yang bererti satu ideologi yang bertujuan menumpukan usaha
kepada penyatuan seluruh masyarakatMuslim di dalam satu entiti Islam[7].
Pada fase ini yang mana beliau yang pada awlnya terjun kedunia politik akhirnya beliau
dengan pemikirannya dan teologi sangat
mempengaruhi banyak umat Islam pada masa itu di beberapa negara diantaranya
adalah naka muda Islam, Mahasiswa, dan tokoh-tokoh terkenal pada masanya.
Misalnya yang paling sering kita dengar adalah meuidny Muhamad Abduh dan Rasyid
Ridho, dua diatara pembahr pemikirian beliau untuk menyatukan umat Islam
kedalam satu tujuan dalam satu identitas yaitu umat Islam. Adapun dan pemikir Islam yang terkenal. Pembaharu
dalam Islam. Sehingga beliau pada hakikatnya adalah sebagai pembaharu Islam dan
pemimpin polotik.
Setelah masuk dalam dunia polotik beliau pergi ke Paris dan kmudian
mendirikan perkumpulan yag disebut Al ‘Urwah al Wusqa. Yang mana
anggotanya terdiri dari beberapa orang Islam yang memilki latar belakng yang berbeda,
ada dari India, Mesir, Syria, Afrika Utara, dan lain-lain. Tujuan dari klopok
ini adalah memperkuat persatuan rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan
membawa Islam kepada kemajuan[8].
Sebagiama Islam Pada zaman sebelumnya yang mencapai masa keemasannya yang itu
semua dapat lahir dari rasa persaudaan dan persatuan yang kental dan kuat. Dan
gerakan ini juga menerbitkan sebuah majalah yang bernama Al ‘Urwah al Wusqa dimana
majalah ini yang menurut dunia barat bisa melahirkan semangat kepada masyarakat
Islam sehingga di negar-negara yang dijajah oleh orang Barat tidak diizinkan
untuk di terbitkan bahkan ada yang akan di denda dan beri hukuman apabila
ketahuan memiliki bahkan membaca sekalipn akan dikenakan hukum juga.
Demikianlah pemikir dari Jamaludin Al Af Ghani yang mendapat
perhatian yang besar bagi semua kalangan, baik dari pemuda-pemuda Islam,
masyarakat Islam, penjajah, dan bangsa –bangsa lain. Dari epmikiran beliau
inilah lahirnya pembaharu baru yang tidak jauh beda dalam pemikirannya untuk
membangun dan mepersatukan Umat Islam di Negarnya, misalnya muridnya yang
terkenal adalah Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho.
[1] Azman Md Zain,
Mahyuddin Abu Bakar , ‘Pemikiran Politik Sayyid Jamal Al-Din Al-Afghani
Mengenai Konsep Pembinaan Peradaban Ummah
dan Respon Masyarakat
Terhadapnya’, jurnal penagjian Umum, Bil. 8.
[2] Disusun oleh Azmi M. Haqqy dalam http://fospi.wordpress.com/2007/09/24/jamaluddin-al-afghani-dan-kontribusinya-pada-kebangkitan-dunia-islam/ tanggal 6 oktober 2012.
[3]
Ibid, halaman 32
[4]
M. SYAMINAN, ‘ Analisa Pemikiran Politik Islam’, jurnal POLITEIA|Vol.1|No.1|Januari
2009. Halaman 2
[5]
Ibid, halaman 2.
[6]
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam : Sejrah Pemikiran Dan Gerakan,
Jakarta : Bulan bintang, 2011, cet. 14.
Halaman 45.
[7]
Ibid, Azman
Md Zain, Mahyuddin Abu Bakar, halaman 33
[8]
Ibid, Harun Nassution, Halaman 45.
0 comments:
Post a Comment