Monday, November 21, 2016

"Kesehatan Mental" Konsep dan Macam-macam Ganggunanya

KESEHATAN MENTAL
Abstrak
Dalam kehidupan bermsyarakat sering ditemukan berbagai macam karakter dan tingkah laku manusia. Setiap orang tentu memiliki pribadi yang berbda-beda dengan yang lainnya. Adapun perbedaan ini adalalah disebebkan beberapa faktor diantarnya adalah kondisi mental yang sedang dialami oleh seseorang. Kondisi mental ini pada umumnya ada yang sehat dan adapula yang mengalami gangguan. Sebagai seorang mausia sosial  sehingga sesorang tersebut tidak pernah terlepas dari berhubungan dengan orang lain. Terkait dengan mental itu sendiri dalam pemahaman masyarakat memiliki makna yang berbeda-beda diantarnya ada yang memeahami sebagai watak atau jiwa dari seseorang. Adapun mental itu sendiri ada yang dikatakan sehat dan adapula diaktakan dengan terganggu atau sakit. Mental yang sehat pada umumnya adalah mencermikan kesehatan dari seseorang tersebut baik itu fisik, fsikologis maupun spritualnya. Begitu juga dengan  kondisi mental yang dikatakan terganggu maupun sakit artinya kodisinya sedang tidak sehat sakit jiwanya. Mental adalah sesuatu yang abstrak sehingga sangat sult unutk digambarkan bagaimana bentuknya. Tetapi mental itu sendiri memiliki prinsip, ciri-ciri atau karkater yang dapat menjadi indikator untuk menentukan kondisi yang dialami oleh jiwa seseorang, serta bagaiaman mekanisme dan bentuk pertahanan diri ketika seseorang megalami ganguan mental.

Kata Kunci: Mental, Sehat, prinsip, ciri-ciri, karakter, pertahanan diri.
A.  Pendahuluan
Selama ini masih banyak mitos dan konsepsi yang diyakini masyarakat Indonesia mengenai kesehatan mental yang keliru, antara lain: gangguan mental adalah herediter atau diturunkan, gangguan mental tidak dapat disembuhkan, gangguan mental muncul secara tiba-tiba, gangguan mental merupakan aib atau noda bagi lingkungannya, gangguan mental merupakan peristiwa tunggal, seks merupakan penyebab munculnya gangguan mental, kesehatan mental cukup dipahami dan ditangani oleh satu disiplin ilmu saja, kesehatan mental dipandang sama dengan “ketenangan batin”, yang dimaknai sebagai tidak ada konflik, tidak ada masalah, hidup tanpa ambisi dan pasrah.
Kesehatan mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya, tetapi tidaklah mudah mendapatkan kesehatan jiwa yang seperti itu. Banyak orang sehat secara jasmani tapi rohaninya tidak merasakan sehat. Untuk mencapai sehat seperti apa yang diinginkan perlu pembelajaran tingkah laku dan pencegahan yang dimulai sejak dini untuk mendapatkan hasil seperti apa yang diinginkan manusia. Pada dasarnya untuk mencapai manusia dalam segala hal diperlukan psikis yang sehat sehingga dapat berjalan sesuai dengan tujuan manusia itu diciptakan.
Pemahaman akan mental yang sehat tidak lepas dari pemahaman mengenai sehat dan sakit secara fisik. Berbagai penelitian telah mengungkapkan adanya hubungan antara kesehatan fisik dan mental individu, dimana pada individu dengan keluhan medis menunjukkan adanya masalah psikis hingga taraf gangguan mental. Sebaliknya, individu dengan gangguan mental juga menunjukkan adanya gangguan fungsi fisiknya. Pengenalan konsep sehat dan sakit, baik secara fisik maupun psikis merupakan bagian dari pengenalan manusia terhadap kondisi dirinya dan bagaimana penyesuaiannya dengan lingkungan sekitar. Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan dibekali segala potensi, jadi oleh sebab itu janganlah manusia mudah putus asa ketika dihadapkan pada suatu masalah, ketika manusia mengalami kesusahan mudah putus asa, itulah yang dinamakan mental yang sakit. Berdasarkan latar belakang di atas di sini pemakalah akan membahas lebih rinci tentang pengertian kesehatan mental, komponen kesehatan mental, prinsip kesehatan mental, ciri-ciri dan karakteristik dari mental yang dikatakan sehat atau normal.
Demikian diskripsi umum mengapa keshatan mental sekarang ini menjadi bagian dari disiplin keilmuan yang perlu dikaji lebih mendalam lagi. Adapaun berikut penjelsannya sebagaiamana dibahas pada pemabahasan selanjutnya.

B.   Definisi Kesehatan Mental
Secara umum di lingkungan masyarakat sering terdengar kata sehat dan mental atau kesehatan mental. Kata kesehatan mental terdiri dari dua kata yaitu kesehatan dan mental. Kata kesehatan secara bahasa yaitu terambil dari kata sehat yang berarti baik seluruh badan serta bagian-bagiannya, dan sehat juga berarti normal baik itu pikiran maupun fisiknya.[1] Sedangkan mental, secara bahasa artinya sesuatu yang berkaitan dengan batin atau watak manusia.[2] Sedangkan secara istilah sehat diartikan sebagai kesejahteraan baik itu fisik, mental, maupun sosial secara menyeluruh atau sempurna tidak hanya terbatas atau terbebas dari penyakit atau keadaan lemah.[3] Adapun dalam undang-undang kesehatan No. 23/ 1992 dijelaskan, bahwa yang dinamakan sehat adalah suatu keadaan yang sehat secara fisik, mental, dan sosial sehingga setiap orang mampu untuk hidup produktif secara sosial maupun ekonomis.[4]
Adapun dalam literatur lain Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental” diambil dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa Latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan.[5] Jadi istilah mental hygiene dimaknakan sebagai kesehatan mental atau kesehatan jiwa.[6] Dari berbagai literatur, istilah mental hygiene bukanlah satu-satunya istilah yang digunakan untuk menyebut kesehatan mental. Istilah lain juga digunakan untuk maksud yang sama adalah psychological medicine, nervous health, atau mental health.
Menurut Word Health Organisation pengertian dari kesehatan mental adalah keadaan dari individu yang di dalamnya terdapat kemampuan untuk mengelola atau mengatur kehidupannya secara wajar untuk bekerja secara produktif serta berperan dalam lingkungannya.[7]
Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan kesehatan mental adalah di mana kondisi batin atau jiwa seseorang itu berada dalam keadaan yang damai, tenang, atau normal tanpa ada gangguan yang mempengaruhinya sehingga seseorang itu mampu aktif dan produktif baik itu dalam ekonomi maupun sosial masyarakat.

C.  Prinsip Mental Yang Sehat
Dalam merumuskan prinsip-prinsip mental hygiene, perlu merujuk kepada hakikat dak kriteria kesehatan mental, kondisi-kondisi yang mempengaruhi atau menentukan hubungan antara kesehatan mental atau kepribadian dengan aspek-aspek lainnya yang beragam. Prinsip-prinsip itu didasarkan kepada beberapa kategori yaitu: (1) hakikat manusia sebagai organisme, (2) hubungan manusia dengan lingkungan, (3) hubungan manusia dengan Allah. Prinsip-prinsip itu sebagai berikut:[8]
1.  Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada Hakikat Manusia
a.    Kesehatan mental dan penyesuaian diri tergantung kepada kondisi jasmani yang baik dan integritas organisme.
b.    Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka perilaku individu harus sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, sebagai makhluk yang memiliki moral, intelektual, agama, emosional, dan sosial.
c.    Kesehatan mental dan penyesuaian diri dapat dicapai melalui integrasi dan kontrol diri, baik dalam cara berpikir , mengkhayal, memuaskan keinginan, mengekspresikan perasaan, dan bertingkah laku.
d.   Dalam mencapai dan memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, perlu memperluas pengetahuan tentang diri sendiri.
e.    Kesehatan mental memerlukan konsep diri, pengetahuan dan sikap terhadap  fisik, dan psikis diri sendiri secara sehat yang meliputi: penerimaan diri, dan penghargaan terhadap status diri sendiri secara wajar.
f.    Untuk mencapai kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka perlunya pemahaman diri dan penerimaan diri perlu disertai dengan upaya-upaya perbaikan diri dan perwujudan diri.
g.    Kestabilan mental dan penyesuaian diri yang baik dapat mencapai dengan pengembangan moral yang luhur dalam diri sendiri seperti:  sikap adil, hati-hati, keteguhan hati, semangat, integritas pribadi, rendah hati dan kejujuran.
h.    Pencapaian dan pemeliharaan kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung kepada penanaman dan pengembangan kebiasaan yang baik.
2.  Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada Hubungan Manusia dengan lingkungan.
a.    Kesehatan mental dan penyesuaian diri tergantung kepada hubungan antar pribadi yang harmonis, terutama dalam kehidupan keluarga.
b.    Kesehatan mental dan penyesuaian diri dicapai dengan sikap yang realistis, termasuk penerimaan terhadap kenyataan secara sehat dan objektif.
3.  Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada Hubungan Manusia dengan Allah
a.    Kestabilan mental tercapai dengan perkembangan kesadaran seseorang terhadap sesuatu yang lebih luhur dari pada dirinya sendiri tempat ia bergantung kepada-Nya.
b.    Kesehatan mental dan ketenangan batin dicapai dengan kegiatan yang tetap dan teratur dalam hubungan manusia dengan Allah, seperti melalui shalat dan berdo’a.[9]

D.  Karakteristik dan Ciri-Ciri Mental Yang Sehat
Menurut pengertian dan konsep dari kesehatan mental banyak para ahli yang memberikan gambaran umum dari karakteristik dan ciri-ciri seseorang yang dikatakan sehat mental, diantaranya Menurut Warga pada umumnya ciri-ciri individu yang bertingkal laku sehat adalah:
1.    Bertingkah laku menurut norma-norma sosial yang diakui.
2.    Mampu mengelola emosi.
3.    Mampu mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki.
4.    Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial.
5.    Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatandan kemampuan tersebut digunakan untk menuntun tingkah lakunya.
6.    Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang.
7.    Mampu belajar dari pengalaman.
8.    Biasanya gembira.[10]
Sedangkan menurut Dadang Hawari mengemukakan pendapat WHO (organisasi kesehatan dunia), ada beberapa kriteria jiwa (mental) yang sehat, yaitu:
1.    Mampu belajar dari pengalaman.
2.    Mudah beradaptasi.
3.    Lebih senang memberi daripada menerima.
4.    Lebih senang menolong daripada ditolong.
5.    Mempunyai rasa kasih sayang.
6.    Memperoleh kesenangan dari hasil usahanya.
7.    Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman.
8.    Berpikir positif (positive thinking).[11]  
Harber dan Runyon (1984), menyebutkan beberapa ciri-ciri individu yang dikelompokkan sebagai normal, diantaranya:
1.    Sikap terhadap diri sendiri, adalah mampu menerima diri sendiri apa adanya, memiliki identitas diri yang jelas, mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri-sendiri secara realistis.
2.    Persepsi terhadap realita, maksudnya adalah pandangan yang realistis terhadap diri sendiri dan dunia sekitar yang meliputi orang lain maupun segala sesuatunya.
3.    Integrasi, artinya kepribadian yang menyatu dan harmonis, bebas dari konflik-konflik batin yang mengakibatkan ketidakmampuan dan memiliki toleransi yang baik terhadap stres.
4.    Kompetensi, maksudnya mengembangkan keterampilan mendasar berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial untuk dapat melakukan koping terhadap masalah-masalah kehidupan.
5.    Otonomi, artinya memiliki ketetapan diri yang kuat, bertanggung jawab, dan penentuan diri dan memiliki kebebasan yang cukup teradap pengaruh sosial.
6.    Pertumbuhan dan aktualisasi diri, maksudnya adalah mengembangkan kecenderungan ke arah peningkatan kematangan, pengembangan potensi, dan pemenuhan diri sebagai seorang pribadi.
7.    Relasi interpersonal, maksudnya adalah kemampuan untuk membentuk dan memelihara relasi interpersonal yang intim.
8.    Tujuan hidup, maksudnya adalah tidak terlalu kaku untuk mencapai kesempurnaan, tetapi membuat tujuan yang realistik dan masih di dalam kemampuan individu.[12]
Ada beberapa karakteristik pribadi yang sehat mentalnya, diantaranya dilihat dari:
1.    Fisik: karakteristiknya; perkembangannya normal, berfungsi untuk melakukan tugas-tugasnya, dan sehat, tidak sakit-sakitan.
2.    Psikis: karakteristiknya; respek terhadap diri sendiri dan orang lain, memiliki insigh dan rasa humor, memiliki respons emosional yang wajar, mampu berpikir yang realistik dan objektif, terhindar dari gangguan-gangguan psikologis, bersifat kreatif dan inovatif, bersifat terbuka dan fleksibel, tidak difensif, dan memiliki perasaan bebas untuk berkreasi.
3.    Sosial: karakteristiknya; memiliki perasaan empati dan kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang ntuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan pertolongan (sikap altruis), mampu berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan, bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat pendidikan, politik, agama suku, ras, atau warna kulit.
4.    Moral-Religius: karakteristiknya; beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajarannya, jujur, amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.[13]

E.   Konsep dan Macam-Macam Gangguan Kesehatan Mental
Adapun  beberapa macam gangguan mental diantaranya adalah:[14]
1.    Autis
Autis adalah dimana kondisi seseorang yang berada dalam dunianya sendiri atau lebih gampangnya penderita autis susah membentuk hubungan sosial dengan orang lain. Autis terjadi dari kecil dan biasanya gejalanya terlihat sebelum umur 3 tahun.
2.    Retardasi Mental
Orang yang IQnya di bawah 70, biasa disebut retardasi mental. Biasanya ditandai dengan susahnya beradaptasi dan rendahnya kecerdasan di kehidupan sehari-hari. Penderita retardasi mental mengalami keterlambatan perkembangan dan mereka memiliki bentuk muka khas yang gampang di kenali. Faktor penyebabnya adalah genetik, pengaruh lingkungan, trauma dan penyakit.
3.    Psikopat
Psikopat secara harfiah bisa diartikan sebagai sakit jiwa, tapi dia sadar sepenuhnya akan perbuatannya, dalam kasus kriminal mereka menjadi pembunuh, koruptor dan pemerkosa tapi ini cuma sedikitnya, dalam kehidupan sehari- hari mereka dikenal sebagai orang yang menyenangkan, sopan, pinter banget dan charming. Salah satu gejala psikopat yaitu tidak punya rasa sesal dan bersalah tidak peduli dengan orang lain dan hukum.
4.    Kepribadian Ganda.
Kepribadian ganda adalah dimana seseorang bisa mempunyai kepribadian lebih dari satu, semisalnya pada hari ini dia menjadi si A dan keesokannya menjadi si B. Tapi proses penyembuhan bisa dilakukan dengan dua pribadi atau lebih ini saling berkenalan dan saling berteman. Biasanya penyakit ini muncul karena trauma masa kecil yang terjadi di bawah usia tujuh tahun. Salah satu ciri-cirinya adalah sering lupa, mereka sering lupa tentang informasi mengenai diri mereka sendiri.
5.    Kleptomania
Kleptomania adalah dorongan mencuri barang-barang yang sebetulnya tidak mereka butuhkan. Penyebabnya adalah kurangnya perhatian dari keluarga. Salah satu gejalanya yaitu susah menahan godaan untuk mencuri barang yang tidak perlu.
6.    Schizophrenia.
Schizophrenia adalah penyakit dimana penderitanya mengalami halusinasi yang akut dan menarik diri dari hubungan pribadi. Penyebabnya adalah tidak seimbangnya dopamin, yaitu sel kimia otak. Gejalanya yaitu kesulitan untuk mengekspresikan emosi, jarang tersenyum, dingin dan acuh tak acuh. Gejala Schizophrenia juga umumnya di bagi menjadi 2:
a.    Gejala Positif Yakni halusinasi,delusi dan gangguan berpikir. Gejala ini disebut positif karena dapat dilihat oleh orang lain.
b.    Gejala Negatif Yakni tidak dapat bersenang-senang, tidak mampu mengekspresikan emosi, kurangnya dorongan beraktivitas dan sulit untuk berbicara. Disebut negatif karena hilangnya ciri khas dan fungsi normal dari seseorang. Kadang hal yang menyebabkan sulit untuk berbicara yaitu selalu merasa pendapatnya tidak berharga dan selalu mengatakan dirinya bodoh.[15]

F.   Mekanisme dan Bentuk-bentuk Pertahanan Diri dari Gangguan Mental
Mekanisme pertahanan diri yaitu melindungi diri dari kecemasan. Mekanisme-mekanisme tersebut bersifat universal yang artinya semua orang melakukan  perilaku-perilaku defensip sampai pada tahap tertentu.[16] “mekanisme pertahanan”, atau perilaku di mana kita berperilaku atau berpikir dengan cara tertentu untuk lebih melindungi atau “membela” diri kita sendiri.
 Mekanisme pertahanan adalah salah satu cara melihat bagaimana orang-orang menjauhkan diri dari kesadaran penuh yang tidak menyenangkan perasaan dan perilaku. Mekanisme pertahanan kadang kurang disadari  yang berarti sebagian besar dari kita tidak menyadari kita sedang menggunakan mereka pada saat itu. Beberapa jenis psikoterapi dapat membantu seseorang menjadi lebih menyadari mekanisme pertahanan apa yang mereka sedang gunakan, seberapa efektif hal itu dan bagaimana menggunakan mekanisme yang lebih efektif untuk masa yang akan datang atau dikemudian hari.[17]
Berdasarkan penegrtian di atas maka mekanisme dan bentuk dari pertahanan diri dapat dilihat dalam beberapa bentuk, diantaranya:
1.    Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai. Ini merupakan sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran. Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka hal-hal yang direpresikan akan muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan keseleo lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis.[18]
2.    Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang sengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya. Rasa tidak nyaman dirasakan tetapi ditekan. Perlu dibedakan dengan represi, karena pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya.[19]
3.    Penyangkalan
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive. Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.
Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang terbelakang dan sebagainya.
4.    Proyeksi
Proyeksi, yaitu seseorang yang melindungi dirinya dari tabiat-tabiat, sikap, dan karakternya sendiri, ataupun perasaannya dengan melemparkan atau menyalahkannya ke orang lain. Contoh : Seorang mahasiswa yang tidak lolos matakuliah, lalu ia mengatakan bahwa dosennya sentimen terhadap dirinya.
5.    Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang yang tak dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi bentuk lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi. Orang yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah, mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.
6.    Reaksi Formasi
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.
7.    Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya. Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat. Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
8.    Pengelakan atau salah pindah
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan” kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya  dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya.
9.    Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri dan masyarakat. Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.
10. Simbolisasi
Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar. Menulis dengan tinta merah merupakan symbol dari kemarahan. Demikian pula warna pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadarai oleh orang yang bersangkutan.
11. Konversi
Konversi merupakan proses psikologi dengan menggunakan mekanisme represi, identifikasi, penyangkalan, pengelakan dan simbolis. Suatu konflik yang berakibat penderitaan afek akan dikonversikan menjadi terhambatannya fungsi motorik atau sensorik dalam upayanya menetralisasikan pelepasan afek. Dengan paralisis atau dengan gangguan sensorik, maka konflik dielakkan dan afek ditekan. Hambatan fungsi merupakan symbol dari keinginan yang ditekan. Seringkali konversi memiliki gejala atas dasar identifikasi.
12. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.
13. Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol atau mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya dipenuhi.
14. Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam bidang lain. Kompensasi ini dirangsang oleh suatu masyarakat yang bersaing. Karena itu yang bersangkutan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya karena kurang mampu dalam pelajaran di sekolah dikompensasiakan dalam juara olah raga atau sering berkelahi agar ditakuti.
15. Pelepasan
Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar untuk usaha social.
16. Penyekatan Emosional
Penyekatan emosional akan terjadi apabila seseorang mempunyai tingkat keterlibatan emosionalnya dalam keadaan yang dapat menimbulkan kekecewaan atau yang menyakitkan. Sebagai contoh, melindungi diri terhadap kekecewaan dan penderitaan dengan cara menyerah dan menjadi orang yang menerima secara pasif apa saja yang terjadi dalam kehidupan.
17. Isolasi
Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya bila orang yang kematian keluarganya maka kesedihan akan dikurangi dengan mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang sudah tidak menderita lagi”  dan sambil tersenyum.
18. Pemeranan
Pemeran mempunyai sifat yaitu dapat mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh berbagai keinginan yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya dan melakukannya. Dalam keadaan biasa, hal ini tidak dilakukan. Kecuali bila orang tersebut lemah dalam pengendalian kesusilaannya. Dengan melakukan perbuatan tersebut, maka akan dirasakan sebagai meringankan agar hal tersebut cepat selesai.[20]

G.  Kesimpulan
1.    kesehatan mental adalah di mana kondisi batin atau jiwa seseorang itu berada dalam keadaan yang damai, tenang, atau normal tanpa ada gangguan yang mempengaruhinya sehingga seseorang itu mampu aktif dan produktif baik itu dalam ekonomi maupun sosial masyarakat.
2.    Prinsip dari mental yang sehat terbagi beberapa kategori diantarnya: (1) hakikat manusia sebagai organisme, (2) hubungan manusia dengan lingkungan, (3) hubungan manusia dengan Allah.
3.    Karakter seseorang yang dakatakan sehata mentalnya dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya , Fisik, Psikis, Sosial, Moral-Religius. Sedangkan ciri-cirinya menurut Harber dan Runyon, beberapa ciri-ciri individu yang dikelompokkan sebagai normal, diantaranya, Sikap terhadap diri sendiri yang baik , persepsi terhadap realita, memiliki integrasi, memiliki kompetensi, otonomi yang jelas , pertumbuhan dan aktualisasi diri yang baik, relasi interpersonal yang baik, serta memiliki tujuan hidup tujuan hidup.
4.    Mekanisme pertahanan adalah salah satu cara melihat bagaimana orang-orang menjauhkan diri dari kesadaran penuh yang tidak menyenangkan perasaan dan perilaku. Dan bentuk-bentuk pertahanan diri diantarnya adalah Represi, Supresi, Penyangkalan, Proyeksi, Sublimasi, Reaksi Formasi, Introyeksi, Pengelakan atau salah pindah, Rasionalisasi, Simbolisasi, Konversi, Identifikasi, Regresi, Kompensasi, Pelepasan, Penyekatan Emosional, Isolasi, Pemeranan

H.  Daftar Pustaka
Dewi, Kartika Sari. Buku Ajar; Kesehatan Mental. Semarang: Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Pendidikan Universitas Diponogoro. 2012.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Versi Digital, 1.2)
Notosoedirdjo, Moeljono dan Latipun. Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press. 2005. 
Schwartz, David J. Berpikir dan Berjiwa Besar. Jakarta: Binarupa Aksara. 2007.
Setyono, Ridlo. Kesehatan Mental Konsep dan Penerapannya Malang: UMM Press. 1999.
Siswanto. Kesehatan mental; konsep, cakupan dan perkembangannya. Yogyakarta: ANDI OFFSET. 2007.
Yusuf, Syamsu. Mental Hygiene: Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2004.
Dikutip dari https://id.scribd.com/doc/195362090/  mekanisme-pertahanan diri/diakses 11 Oktober 2014
Dikutip dari http://annisatanjungblog.wordpress.com/2013/05/24/macam-macam-penyakit-psikologis/. diakses pada 10 Oktober 2014.

[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Versi Digital, 1.2)
[2] Ibid,
[3] Kartika Sari Dewi, Buku Ajar; Kesehatan Mental, (Semarang: Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Pendidikan Universitas Diponogoro, 2012), hlm. 10.
[4] Ibid.
[5]Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun. Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan. (Malang: UMM Press. 2005). Hlm 27.
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Ridlo Setyono, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapannya, ( Malang: UMM Press, 1999), hlm. 29.
[9] Siswanto, Kesehatan mental; konsep, cakupan dan perkembangannya, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2007), hlm. 150.
[10]Ibid, hlm 24.
[11]Syamsu Yusuf, Mental Hygiene: Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama. (Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2004), hlm 21.
[12]Siswanto. Kesehatan Mental: Konsep . . . hlm 25.
[13]Syamsu Yusuf, Mental Hygiene: Pengembangan . . . hlm 22.
[14]http://annisatanjungblog.wordpress.com/2013/05/24/macam-macam-penyakit-psikologis/. diakses pada 10 Oktober 2014.

[15] David J. Schwartz, Berpikir dan Berjiwa Besar, (Jakarta: Binarupa Aksara, 2007), hlm. 9.
[17] Dikutip dari https://id.scribd.com/doc/195362090/   mekanisme-pertahanan diri/diakses 11 Oktober 2014

0 comments:

Post a Comment

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com