KESEHATAN MENTAL
Abstrak
Dalam kehidupan bermsyarakat sering ditemukan berbagai macam
karakter dan tingkah laku manusia. Setiap orang tentu memiliki pribadi yang
berbda-beda dengan yang lainnya. Adapun perbedaan ini adalalah disebebkan
beberapa faktor diantarnya adalah kondisi mental yang sedang dialami oleh
seseorang. Kondisi mental ini pada umumnya ada yang sehat dan adapula yang
mengalami gangguan. Sebagai seorang mausia sosial sehingga sesorang tersebut tidak pernah
terlepas dari berhubungan dengan orang lain. Terkait dengan mental itu sendiri
dalam pemahaman masyarakat memiliki makna yang berbeda-beda diantarnya ada yang
memeahami sebagai watak atau jiwa dari seseorang. Adapun mental itu sendiri ada
yang dikatakan sehat dan adapula diaktakan dengan terganggu atau sakit. Mental yang
sehat pada umumnya adalah mencermikan kesehatan dari seseorang tersebut baik
itu fisik, fsikologis maupun spritualnya. Begitu juga dengan kondisi mental yang dikatakan terganggu
maupun sakit artinya kodisinya sedang tidak sehat sakit jiwanya. Mental adalah
sesuatu yang abstrak sehingga sangat sult unutk digambarkan bagaimana
bentuknya. Tetapi mental itu sendiri memiliki prinsip, ciri-ciri atau karkater
yang dapat menjadi indikator untuk menentukan kondisi yang dialami oleh jiwa
seseorang, serta bagaiaman mekanisme dan bentuk pertahanan diri ketika
seseorang megalami ganguan mental.
Kata Kunci:
Mental, Sehat, prinsip, ciri-ciri, karakter, pertahanan diri.
A. Pendahuluan
Selama ini
masih banyak mitos dan konsepsi yang diyakini masyarakat Indonesia mengenai
kesehatan mental yang keliru, antara lain: gangguan mental adalah herediter
atau diturunkan, gangguan mental tidak dapat disembuhkan, gangguan mental
muncul secara tiba-tiba, gangguan mental merupakan aib atau noda bagi
lingkungannya, gangguan mental merupakan peristiwa tunggal, seks merupakan
penyebab munculnya gangguan mental, kesehatan mental cukup dipahami dan
ditangani oleh satu disiplin ilmu saja, kesehatan mental dipandang sama dengan
“ketenangan batin”, yang dimaknai sebagai tidak ada konflik, tidak ada masalah,
hidup tanpa ambisi dan pasrah.
Kesehatan
mental merupakan keinginan wajar bagi setiap manusia seutuhnya, tetapi tidaklah
mudah mendapatkan kesehatan jiwa yang seperti itu. Banyak orang sehat secara
jasmani tapi rohaninya tidak merasakan sehat. Untuk mencapai sehat seperti apa
yang diinginkan perlu pembelajaran tingkah laku dan pencegahan yang dimulai
sejak dini untuk mendapatkan hasil seperti apa yang diinginkan manusia. Pada
dasarnya untuk mencapai manusia dalam segala hal diperlukan psikis yang sehat
sehingga dapat berjalan sesuai dengan tujuan manusia itu diciptakan.
Pemahaman akan
mental yang sehat tidak lepas dari pemahaman mengenai sehat dan sakit
secara fisik. Berbagai penelitian telah mengungkapkan adanya hubungan
antara kesehatan fisik dan mental individu, dimana pada individu dengan
keluhan medis menunjukkan adanya masalah psikis hingga taraf gangguan
mental. Sebaliknya, individu dengan gangguan mental juga menunjukkan
adanya gangguan fungsi fisiknya. Pengenalan konsep sehat dan sakit,
baik secara fisik maupun psikis merupakan bagian dari pengenalan manusia
terhadap kondisi dirinya dan bagaimana penyesuaiannya dengan lingkungan
sekitar. Manusia diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan dibekali segala
potensi, jadi oleh sebab itu janganlah manusia mudah putus asa ketika
dihadapkan pada suatu masalah, ketika manusia mengalami kesusahan mudah putus
asa, itulah yang dinamakan mental yang sakit. Berdasarkan latar belakang di
atas di sini pemakalah akan membahas lebih rinci tentang pengertian kesehatan
mental, komponen kesehatan mental, prinsip kesehatan mental, ciri-ciri dan
karakteristik dari mental yang dikatakan sehat atau normal.
Demikian
diskripsi umum mengapa keshatan mental sekarang ini menjadi bagian dari
disiplin keilmuan yang perlu dikaji lebih mendalam lagi. Adapaun berikut
penjelsannya sebagaiamana dibahas pada pemabahasan selanjutnya.
B.
Definisi
Kesehatan Mental
Secara umum di
lingkungan masyarakat sering terdengar kata sehat dan mental atau kesehatan
mental. Kata kesehatan mental terdiri dari dua kata yaitu kesehatan dan mental.
Kata kesehatan secara bahasa yaitu terambil dari kata sehat yang berarti baik
seluruh badan serta bagian-bagiannya, dan sehat juga berarti normal baik itu
pikiran maupun fisiknya.[1]
Sedangkan mental, secara bahasa artinya sesuatu yang berkaitan dengan batin
atau watak manusia.[2]
Sedangkan secara istilah sehat diartikan sebagai kesejahteraan baik itu fisik,
mental, maupun sosial secara menyeluruh atau sempurna tidak hanya terbatas atau
terbebas dari penyakit atau keadaan lemah.[3]
Adapun dalam undang-undang kesehatan No. 23/ 1992 dijelaskan, bahwa yang
dinamakan sehat adalah suatu keadaan yang sehat secara fisik, mental, dan
sosial sehingga setiap orang mampu untuk hidup produktif secara sosial maupun
ekonomis.[4]
Adapun dalam
literatur lain Istilah “kesehatan mental” diambil dari konsep mental hygiene. Kata “mental” diambil
dari bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa Latin yang artinya psikis, jiwa atau kejiwaan.[5] Jadi istilah mental hygiene dimaknakan sebagai
kesehatan mental atau kesehatan jiwa.[6] Dari berbagai literatur,
istilah mental hygiene bukanlah
satu-satunya istilah yang digunakan untuk menyebut kesehatan mental. Istilah
lain juga digunakan untuk maksud yang sama adalah psychological medicine, nervous
health, atau mental health.
Menurut Word
Health Organisation pengertian dari kesehatan mental adalah keadaan dari
individu yang di dalamnya terdapat kemampuan untuk mengelola atau mengatur
kehidupannya secara wajar untuk bekerja secara produktif serta berperan dalam
lingkungannya.[7]
Berdasarkan
pengertian di atas maka yang dimaksud dengan kesehatan mental adalah di mana
kondisi batin atau jiwa seseorang itu berada dalam keadaan yang damai, tenang,
atau normal tanpa ada gangguan yang mempengaruhinya sehingga seseorang itu
mampu aktif dan produktif baik itu dalam ekonomi maupun sosial masyarakat.
C. Prinsip Mental Yang Sehat
Dalam
merumuskan prinsip-prinsip mental hygiene, perlu merujuk kepada hakikat
dak kriteria kesehatan mental, kondisi-kondisi yang mempengaruhi atau
menentukan hubungan antara kesehatan mental atau kepribadian dengan aspek-aspek
lainnya yang beragam. Prinsip-prinsip itu didasarkan kepada beberapa kategori
yaitu: (1) hakikat manusia sebagai organisme, (2) hubungan manusia dengan
lingkungan, (3) hubungan manusia dengan Allah. Prinsip-prinsip itu sebagai
berikut:[8]
1. Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada Hakikat
Manusia
a.
Kesehatan
mental dan penyesuaian diri tergantung kepada kondisi jasmani yang baik dan
integritas organisme.
b.
Untuk
memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka perilaku individu harus
sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, sebagai makhluk yang memiliki moral,
intelektual, agama, emosional, dan sosial.
c.
Kesehatan
mental dan penyesuaian diri dapat dicapai melalui integrasi dan kontrol diri,
baik dalam cara berpikir , mengkhayal, memuaskan keinginan, mengekspresikan
perasaan, dan bertingkah laku.
d.
Dalam mencapai
dan memelihara kesehatan mental dan penyesuaian diri, perlu memperluas
pengetahuan tentang diri sendiri.
e.
Kesehatan
mental memerlukan konsep diri, pengetahuan dan sikap terhadap fisik, dan psikis diri sendiri secara sehat
yang meliputi: penerimaan diri, dan penghargaan terhadap status diri sendiri
secara wajar.
f.
Untuk mencapai
kesehatan mental dan penyesuaian diri, maka perlunya pemahaman diri dan
penerimaan diri perlu disertai dengan upaya-upaya perbaikan diri dan perwujudan
diri.
g.
Kestabilan
mental dan penyesuaian diri yang baik dapat mencapai dengan pengembangan moral
yang luhur dalam diri sendiri seperti:
sikap adil, hati-hati, keteguhan hati, semangat, integritas pribadi,
rendah hati dan kejujuran.
h.
Pencapaian dan
pemeliharaan kesehatan mental dan penyesuaian diri bergantung kepada penanaman
dan pengembangan kebiasaan yang baik.
2. Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada
Hubungan Manusia dengan lingkungan.
a.
Kesehatan
mental dan penyesuaian diri tergantung kepada hubungan antar pribadi yang
harmonis, terutama dalam kehidupan keluarga.
b.
Kesehatan
mental dan penyesuaian diri dicapai dengan sikap yang realistis, termasuk
penerimaan terhadap kenyataan secara sehat dan objektif.
3. Prinsip-prinsip yang didasarkan kepada
Hubungan Manusia dengan Allah
a.
Kestabilan
mental tercapai dengan perkembangan kesadaran seseorang terhadap sesuatu yang
lebih luhur dari pada dirinya sendiri tempat ia bergantung kepada-Nya.
b.
Kesehatan
mental dan ketenangan batin dicapai dengan kegiatan yang tetap dan teratur
dalam hubungan manusia dengan Allah, seperti melalui shalat dan berdo’a.[9]
D. Karakteristik dan Ciri-Ciri Mental Yang Sehat
Menurut
pengertian dan konsep dari kesehatan mental banyak para ahli yang memberikan
gambaran umum dari karakteristik dan ciri-ciri seseorang yang dikatakan sehat
mental, diantaranya Menurut Warga pada umumnya ciri-ciri individu yang
bertingkal laku sehat adalah:
1.
Bertingkah
laku menurut norma-norma sosial yang diakui.
2.
Mampu
mengelola emosi.
3.
Mampu
mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki.
4.
Dapat
mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial.
5.
Dapat
mengenali resiko dari setiap perbuatandan kemampuan tersebut digunakan untk
menuntun tingkah lakunya.
6.
Mampu menunda
keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang.
7.
Mampu belajar
dari pengalaman.
8.
Biasanya
gembira.[10]
Sedangkan
menurut Dadang Hawari mengemukakan pendapat WHO (organisasi kesehatan dunia),
ada beberapa kriteria jiwa (mental) yang sehat, yaitu:
1.
Mampu belajar
dari pengalaman.
2.
Mudah
beradaptasi.
3.
Lebih senang
memberi daripada menerima.
4.
Lebih senang
menolong daripada ditolong.
5.
Mempunyai rasa
kasih sayang.
6.
Memperoleh
kesenangan dari hasil usahanya.
7.
Menerima
kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman.
8.
Berpikir
positif (positive thinking).[11]
Harber dan
Runyon (1984), menyebutkan beberapa ciri-ciri individu yang dikelompokkan
sebagai normal, diantaranya:
1.
Sikap terhadap diri sendiri, adalah mampu menerima diri sendiri apa
adanya, memiliki identitas diri yang jelas, mampu menilai kelebihan dan
kekurangan diri-sendiri secara realistis.
2.
Persepsi terhadap realita, maksudnya adalah pandangan yang realistis
terhadap diri sendiri dan dunia sekitar yang meliputi orang lain maupun segala
sesuatunya.
3.
Integrasi, artinya kepribadian yang menyatu dan harmonis, bebas dari
konflik-konflik batin yang mengakibatkan ketidakmampuan dan memiliki toleransi
yang baik terhadap stres.
4.
Kompetensi, maksudnya mengembangkan keterampilan mendasar berkaitan dengan
aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial untuk dapat melakukan koping
terhadap masalah-masalah kehidupan.
5.
Otonomi, artinya memiliki ketetapan diri yang kuat, bertanggung jawab, dan
penentuan diri dan memiliki kebebasan yang cukup teradap pengaruh sosial.
6.
Pertumbuhan dan aktualisasi diri, maksudnya adalah mengembangkan kecenderungan
ke arah peningkatan kematangan, pengembangan potensi, dan pemenuhan diri
sebagai seorang pribadi.
7.
Relasi interpersonal, maksudnya adalah kemampuan untuk membentuk
dan memelihara relasi interpersonal yang intim.
8.
Tujuan hidup, maksudnya adalah tidak terlalu kaku untuk mencapai kesempurnaan,
tetapi membuat tujuan yang realistik dan masih di dalam kemampuan individu.[12]
Ada beberapa
karakteristik pribadi yang sehat mentalnya, diantaranya dilihat dari:
1.
Fisik:
karakteristiknya; perkembangannya normal, berfungsi untuk melakukan
tugas-tugasnya, dan sehat, tidak sakit-sakitan.
2.
Psikis:
karakteristiknya; respek terhadap diri sendiri dan orang lain, memiliki insigh
dan rasa humor, memiliki respons emosional yang wajar, mampu berpikir yang
realistik dan objektif, terhindar dari gangguan-gangguan psikologis, bersifat kreatif dan inovatif, bersifat terbuka dan fleksibel,
tidak difensif, dan memiliki perasaan
bebas untuk berkreasi.
3.
Sosial:
karakteristiknya; memiliki perasaan empati dan kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta
senang ntuk memberikan pertolongan kepada orang-orang yang memerlukan
pertolongan (sikap altruis), mampu
berhubungan dengan orang lain secara sehat, penuh cinta kasih dan persahabatan,
bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas sosial, tingkat
pendidikan, politik, agama suku, ras, atau warna kulit.
4.
Moral-Religius:
karakteristiknya; beriman kepada Allah, dan taat mengamalkan ajarannya, jujur,
amanah (bertanggung jawab), dan ikhlas dalam beramal.[13]
E.
Konsep dan
Macam-Macam Gangguan Kesehatan Mental
Adapun beberapa macam gangguan mental diantaranya
adalah:[14]
1.
Autis
Autis adalah
dimana kondisi seseorang yang berada dalam dunianya sendiri atau lebih
gampangnya penderita autis susah membentuk hubungan sosial dengan orang lain.
Autis terjadi dari kecil dan biasanya gejalanya terlihat sebelum umur 3 tahun.
2.
Retardasi
Mental
Orang yang
IQnya di bawah 70, biasa disebut retardasi mental. Biasanya ditandai dengan
susahnya beradaptasi dan rendahnya kecerdasan di kehidupan sehari-hari.
Penderita retardasi mental mengalami keterlambatan perkembangan dan mereka
memiliki bentuk muka khas yang gampang di kenali. Faktor penyebabnya adalah
genetik, pengaruh lingkungan, trauma dan penyakit.
3.
Psikopat
Psikopat
secara harfiah bisa diartikan sebagai sakit jiwa, tapi dia sadar sepenuhnya
akan perbuatannya, dalam kasus kriminal mereka menjadi pembunuh, koruptor dan
pemerkosa tapi ini cuma sedikitnya, dalam kehidupan sehari- hari mereka dikenal
sebagai orang yang menyenangkan, sopan, pinter banget dan charming. Salah satu
gejala psikopat yaitu tidak punya rasa sesal dan bersalah tidak peduli dengan
orang lain dan hukum.
4.
Kepribadian
Ganda.
Kepribadian
ganda adalah dimana seseorang bisa mempunyai kepribadian lebih dari satu,
semisalnya pada hari ini dia menjadi si A dan keesokannya menjadi si B. Tapi
proses penyembuhan bisa dilakukan dengan dua pribadi atau lebih ini saling
berkenalan dan saling berteman. Biasanya penyakit ini muncul karena trauma masa
kecil yang terjadi di bawah usia tujuh tahun. Salah satu ciri-cirinya adalah
sering lupa, mereka sering lupa tentang informasi mengenai diri mereka sendiri.
5.
Kleptomania
Kleptomania
adalah dorongan mencuri barang-barang yang sebetulnya tidak mereka butuhkan. Penyebabnya
adalah kurangnya perhatian dari keluarga. Salah satu gejalanya yaitu susah
menahan godaan untuk mencuri barang yang tidak perlu.
6.
Schizophrenia.
Schizophrenia
adalah penyakit dimana penderitanya mengalami halusinasi yang akut dan menarik
diri dari hubungan pribadi. Penyebabnya adalah tidak seimbangnya dopamin, yaitu
sel kimia otak. Gejalanya yaitu kesulitan untuk mengekspresikan emosi, jarang
tersenyum, dingin dan acuh tak acuh. Gejala Schizophrenia juga umumnya di bagi
menjadi 2:
a.
Gejala Positif
Yakni halusinasi,delusi dan gangguan berpikir. Gejala ini disebut positif
karena dapat dilihat oleh orang lain.
b.
Gejala Negatif
Yakni tidak dapat bersenang-senang, tidak mampu mengekspresikan emosi,
kurangnya dorongan beraktivitas dan sulit untuk berbicara. Disebut negatif
karena hilangnya ciri khas dan fungsi normal dari seseorang. Kadang hal yang
menyebabkan sulit untuk berbicara yaitu selalu merasa pendapatnya tidak
berharga dan selalu mengatakan dirinya bodoh.[15]
F.
Mekanisme dan
Bentuk-bentuk Pertahanan Diri dari Gangguan Mental
Mekanisme pertahanan diri yaitu melindungi diri dari
kecemasan. Mekanisme-mekanisme tersebut bersifat universal yang artinya semua
orang melakukan perilaku-perilaku
defensip sampai pada tahap tertentu.[16]
“mekanisme pertahanan”, atau perilaku di mana kita berperilaku atau berpikir
dengan cara tertentu untuk lebih melindungi atau “membela” diri kita sendiri.
Mekanisme pertahanan adalah salah satu cara melihat
bagaimana orang-orang menjauhkan diri dari kesadaran penuh yang tidak
menyenangkan perasaan dan perilaku. Mekanisme pertahanan kadang kurang disadari
yang berarti sebagian besar dari kita tidak menyadari kita sedang
menggunakan mereka pada saat itu. Beberapa jenis psikoterapi dapat membantu
seseorang menjadi lebih menyadari mekanisme pertahanan apa yang mereka sedang
gunakan, seberapa efektif hal itu dan bagaimana menggunakan mekanisme yang
lebih efektif untuk masa yang akan datang atau dikemudian hari.[17]
Berdasarkan penegrtian di atas maka mekanisme dan bentuk
dari pertahanan diri dapat dilihat dalam beberapa bentuk, diantaranya:
1. Represi
Represi merupakan paling dasar diantara mekanisme
lainnya. Suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan
perasaan yang mengancam. Represi terjadi secara tidak disadarai. Ini merupakan
sarana pertahanan yang biasa mengusir pikiran serta perasaan yang menyakitkan
dan mengancam keluar dari kesadaran. Mekanisme represi secara tidak
sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan
dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Represi mungkin tidak sempurna bila itu yang terjadi maka
hal-hal yang direpresikan akan muncul ke dalam impian, angan-angan, lelucon dan
keseleo lidah. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang
penting dalam terjadinya neurosis.[18]
2.
Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;
pengesampingan yang sengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;
kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya. Rasa
tidak nyaman dirasakan tetapi ditekan. Perlu dibedakan dengan
represi, karena pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar
alam sadarnya dan memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu
berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena terjadinya dengan sengaja, sehingga
ia mengetahui apa yang dibuatnya.[19]
3.
Penyangkalan
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitive.
Penyangkalan berusaha untuk melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang
tidak menyenangkan. Hal ini dilakukan dengan cara melarikan diri dari kenyataan
atau kesibukan dengan hal-hal lain. Penghindaran penyangkalan aspek yang
menyakitkan dari kenyataan dengan menghilangkan data sensoris. Penyangkalan
dapat digunakan dalam keadaan normal maupun patologis.
Sebagai contoh, mereka tidak mau mengerti bahwa dirinya
berpenyakit yang berbahaya, menutup mata karena tidak mau melihat sesuatu yang
ngeri, tidak mau memikirkan tentang kematian, tidak mau menerima anaknya yang
terbelakang dan sebagainya.
4. Proyeksi
Proyeksi, yaitu seseorang yang melindungi dirinya dari
tabiat-tabiat, sikap, dan karakternya sendiri, ataupun perasaannya dengan
melemparkan atau menyalahkannya ke orang lain. Contoh : Seorang mahasiswa yang
tidak lolos matakuliah, lalu ia mengatakan bahwa dosennya sentimen terhadap
dirinya.
5.
Sublimasi
Sublimasi merupakan dorongan kehendak atau cita-cita yang
yang tak dapat diterima oleh norma-norma di masyarakat lalu disalurkan menjadi
bentuk lain yang lebih dapat diterima bahkan ada yang mengagumi. Orang
yang mempunyai dorongan kuat untuk berkelahi disalurkan dalam olah raga keras
misalnya bertinju. Dokter yang agresif disalurkan menjadi dokter ahli bedah,
mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.
6.
Reaksi
Formasi
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan
yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan
prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk
dilakukannya. Misalnya seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan
sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Contoh lain
seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud
agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.
7.
Introyeksi
Introyeksi akan terjadi bila seseorang menerima dan
memasukkan ke dalam penderiannya berbagai aspek keadaan yang akan mengancamnya.
Hal ini dimulai sejak kecil, pada waktu seseorang anak belajar mematuhi dan
menerima serta kan menjadi milikinya beberapa nilai serta peraturan masyarakat.
Lalu ia dapat mengendalikan prilakunya dan dapat mencegah pelanggaran serta
hukuman sebagai akibatnya. Dalam pemerintahan dan kekuasaan yang otoriter maka
banyak orang mengintroyeksikan nilai-nilai kepercayaan baru sebagai perlindungan
terhadap perilaku yang dapat menyusahkan mereka.
8.
Pengelakan
atau salah pindah
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan
atau “dielakkan” kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan.
Seseorang yang dimarahi oleh atasannya dielakkan atau dicurahkan kepada
istri, anaknya atau pembantunya.
9.
Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa
prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dapat disetujui oleh dirinya sendiri
dan masyarakat. Contohnya membatalkan pertandingan olah raga dengan alasan
sakit dan akan ada ujian, padahal iya takut kalah. Melakukan korupsi dengan
alasan gaji tidak cukup.
10.
Simbolisasi
Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide
atau obyek digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering
dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar. Menulis
dengan tinta merah merupakan symbol dari kemarahan. Demikian pula warna
pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan
simbol-simbol yang tak disadarai oleh orang yang bersangkutan.
11.
Konversi
Konversi merupakan proses psikologi dengan menggunakan
mekanisme represi, identifikasi, penyangkalan, pengelakan dan simbolis. Suatu
konflik yang berakibat penderitaan afek akan dikonversikan menjadi
terhambatannya fungsi motorik atau sensorik dalam upayanya menetralisasikan
pelepasan afek. Dengan paralisis atau dengan gangguan sensorik, maka konflik
dielakkan dan afek ditekan. Hambatan fungsi merupakan symbol dari keinginan
yang ditekan. Seringkali konversi memiliki gejala atas dasar identifikasi.
12.
Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya untuk menambah rasa percaya
diri dengan menyamakan diri dengan orang lain atau institusi yang mempunyai
nama. Misalnya seseorang yang meniru gaya orang yang terkenal atau
mengidentifikasikan dirinya dengan jawatannya atau daerahnya yang maju.
13.
Regresi
Regresi merupakan upaya untuk mundur ke tingkat
perkembangan yang lebih rendah dengan respons yang kurang matang dan biasanya
dengan aspirasi yang kurang. Contohnya ; anak yang sudah besar mengompol atau
mengisap jarinya atau marah-marah seperti anak kecil agar keinginannya
dipenuhi.
14.
Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk menutupi kelemahan
dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam
bidang lain. Kompensasi ini dirangsang oleh suatu masyarakat yang bersaing.
Karena itu yang bersangkutan sering membandingkan dirinya dengan orang lain.
Misalnya karena kurang mampu dalam pelajaran di sekolah dikompensasiakan dalam
juara olah raga atau sering berkelahi agar ditakuti.
15.
Pelepasan
Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan
demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya,
misalnya seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan
memberikan sumbangan sumbangan besar untuk usaha social.
16.
Penyekatan
Emosional
Penyekatan emosional akan terjadi apabila seseorang
mempunyai tingkat keterlibatan emosionalnya dalam keadaan yang dapat
menimbulkan kekecewaan atau yang menyakitkan. Sebagai contoh, melindungi diri
terhadap kekecewaan dan penderitaan dengan cara menyerah dan menjadi orang yang
menerima secara pasif apa saja yang terjadi dalam kehidupan.
17.
Isolasi
Isolisasi merupakan bentuk penyekatan emosional. Misalnya
bila orang yang kematian keluarganya maka kesedihan akan dikurangi dengan
mengatakan “sudah nasibnya” atau “sekarang sudah tidak menderita lagi”
dan sambil tersenyum.
18.
Pemeranan
Pemeran mempunyai sifat yaitu dapat mengurangi kecemasan
yang dibangkitkan oleh berbagai keinginan yang terlarang dengan membiarkan
ekspresinya dan melakukannya. Dalam keadaan biasa, hal ini tidak dilakukan.
Kecuali bila orang tersebut lemah dalam pengendalian kesusilaannya. Dengan
melakukan perbuatan tersebut, maka akan dirasakan sebagai meringankan agar hal
tersebut cepat selesai.[20]
G.
Kesimpulan
1.
kesehatan mental adalah
di mana kondisi batin atau jiwa seseorang itu berada dalam keadaan yang damai,
tenang, atau normal tanpa ada gangguan yang mempengaruhinya sehingga seseorang
itu mampu aktif dan produktif baik itu dalam ekonomi maupun sosial masyarakat.
2.
Prinsip dari mental yang
sehat terbagi beberapa kategori diantarnya: (1) hakikat manusia sebagai
organisme, (2) hubungan manusia dengan lingkungan, (3) hubungan manusia dengan
Allah.
3.
Karakter seseorang yang
dakatakan sehata mentalnya dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya ,
Fisik, Psikis, Sosial, Moral-Religius. Sedangkan ciri-cirinya menurut Harber
dan Runyon, beberapa ciri-ciri individu yang dikelompokkan sebagai normal,
diantaranya, Sikap terhadap diri sendiri yang baik , persepsi terhadap realita,
memiliki integrasi, memiliki kompetensi, otonomi yang jelas , pertumbuhan dan
aktualisasi diri yang baik, relasi interpersonal yang baik, serta memiliki
tujuan hidup tujuan hidup.
4. Mekanisme pertahanan adalah salah satu cara melihat bagaimana
orang-orang menjauhkan diri dari kesadaran penuh yang tidak menyenangkan
perasaan dan perilaku. Dan bentuk-bentuk pertahanan diri diantarnya adalah Represi, Supresi, Penyangkalan, Proyeksi, Sublimasi, Reaksi
Formasi, Introyeksi, Pengelakan atau salah pindah, Rasionalisasi, Simbolisasi,
Konversi, Identifikasi, Regresi, Kompensasi, Pelepasan, Penyekatan Emosional,
Isolasi, Pemeranan
H.
Daftar Pustaka
Dewi,
Kartika Sari. Buku Ajar; Kesehatan Mental. Semarang: Lembaga
Pengembangan dan Penjaminan Pendidikan Universitas Diponogoro. 2012.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia. (Versi Digital, 1.2)
Notosoedirdjo,
Moeljono dan Latipun. Kesehatan Mental:
Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press. 2005.
Schwartz, David J. Berpikir dan Berjiwa Besar.
Jakarta: Binarupa Aksara. 2007.
Setyono, Ridlo. Kesehatan Mental Konsep dan
Penerapannya Malang: UMM Press. 1999.
Siswanto. Kesehatan mental; konsep, cakupan dan
perkembangannya. Yogyakarta: ANDI OFFSET. 2007.
Yusuf,
Syamsu. Mental Hygiene: Pengembangan
Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy. 2004.
Diktuip
dari http://yumizone.wordpress.com/2009/08/06/the-mechanisms-of-defense-mekanisme-pertahanan/
diakses 2 Oktober 2014
Dikutip
dari http://faradinalwp.blogspot.com/2012/10/mekanisme-pertahanan-diri-sigmund-freud.html
diakses 3 oktober 2014
Dikutip
dari http://kebijakansosial.org/2010/01/25/mekanisme-pertahanan-diri-defence-mechanism/
diakses 2 Oktober 2014.
Dikutip
dari http://nygmaproject.wordpress.com/2011/05/26/mekanisme-pertahanan-ego/
diakses 3 Oktober 2014
Dikutip
dari https://id.scribd.com/doc/195362090/ mekanisme-pertahanan diri/diakses 11
Oktober 2014
Dikutip dari http://annisatanjungblog.wordpress.com/2013/05/24/macam-macam-penyakit-psikologis/.
diakses pada 10 Oktober 2014.
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Versi Digital, 1.2)
[2] Ibid,
[3] Kartika Sari Dewi, Buku Ajar; Kesehatan Mental,
(Semarang: Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Pendidikan Universitas
Diponogoro, 2012), hlm. 10.
[4] Ibid.
[5]Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun.
Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan. (Malang:
UMM Press. 2005). Hlm 27.
[6] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Ridlo Setyono, Kesehatan Mental
Konsep dan Penerapannya, ( Malang: UMM Press, 1999), hlm. 29.
[9] Siswanto, Kesehatan mental;
konsep, cakupan dan perkembangannya, (Yogyakarta: ANDI OFFSET, 2007), hlm.
150.
[10]Ibid, hlm 24.
[11]Syamsu Yusuf, Mental
Hygiene: Pengembangan Kesehatan Mental dalam Kajian Psikologi dan Agama. (Bandung:
Pustaka Bani Quraisy. 2004), hlm 21.
[12]Siswanto. Kesehatan
Mental: Konsep . . . hlm 25.
[13]Syamsu Yusuf, Mental
Hygiene: Pengembangan . . . hlm 22.
[14]http://annisatanjungblog.wordpress.com/2013/05/24/macam-macam-penyakit-psikologis/. diakses pada 10 Oktober 2014.
[15] David J. Schwartz, Berpikir dan Berjiwa Besar,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 2007), hlm. 9.
[16]http://faradinalwp.blogspot.com/2012/10/mekanisme-pertahanan-diri-sigmund-freud.html
diakses 3 oktober 2014
[17] Dikutip dari https://id.scribd.com/doc/195362090/ mekanisme-pertahanan diri/diakses 11
Oktober 2014
[18] Dikutip dari http://nygmaproject.wordpress.com/2011/05/26/mekanisme-pertahanan-ego/
diakses 3 Oktober 2014
[19] Dikutip dari http://kebijakansosial.org/2010/01/25/mekanisme-pertahanan-diri-defence-mechanism/
diakses 2 Oktober 2014.
[20]Diktuip dari http://yumizone.wordpress.com/2009/08/06/the-mechanisms-of-defense-mekanisme-pertahanan/
diakses 2 Oktober 2014
0 comments:
Post a Comment