Monday, November 21, 2016

Manahilul Muhaditsin: Studi Terhadap Imam Al-Tarmidzi



"Jami’ al-Sahih "Sunan al-Tirmizi"
A.  PENDAHULUAN

Zaman sekarang sering kita dengar tentang ulama, termasuk di dalamnya adalah salah satunya ulama hadis. Dalam dunia islam banyak sekali para ulama yang lahir sejak masa sahabat, tabi’in, tabi’ at-tabi’in, setelahnya bahkan sampai sekarang. Dari beribu ulama pada masa tersebut ada diantaranya yan lahir pada periode tabi’ at-tabi’in periode ke-dua.

Pada pembahasan makalah yang akan di paparkan pada pembahasan selanjutnya adalah membahas tentang seorang ulama yang karyanya cukup populer dan banyak menjadi rujukan dan kajian para pakar hadis dalam mendalami kajian tentang hadis Rasulullah SAW. Ulama ini disebut oleh ulama lain dengan sebutan Abu Isa al-Tirmizi atau lebih dikenal dengan sebutan Imam al-Tirmizi. Beliau adalah seorang ulama yang cukup memiliki kredibilitas yang tinggi karena menurut jumhur ulama bahwa al-Tirmizi adalah seorang yang kuat hafalannya, seorang yang tsiqah, dan ahli dalam bidang fiqih serta yang lainnya seperti ke-wara’annya dan ke-zuhudannya.

Adapun fokus pembahasan dalam makalah ini adalah Biografi Imam al-Tirmizi, Karya-Karyanya, Frofil Kitab (Jami’ al-Shahih), serta metodologi yang digunakan oleh al-Tirmizi dalam penyusunan dan penuilisan kitab tersebut. Smoga dengan adanya makalah ini bisa membantu pembaca dalam mengatahui tentang ulama-ulama yang ada sejak masa sahabat sampai sekarang, khusunya Imam al-Tirmizi.





Nama lengkap dari Imam al-Tirmidzi adalah Muhammad bin isa bin Saurah bin Adh Dlahak As-Salami al-Tirmidzi, beliau lahir pada tahun 209 H di Turmudz.[1] Berdasarkan referensi yang ada, sebagaimana menurut mayoritas ulama bahwa al-Tirmizi, bahwa imam At-Tirmizi dilahirkan dalam keadaan buta dan terus berlangsung sampai akhir hidup hayatnya dalam keadaan buta, tetapi menurut referensi lain bahwa beliau buta adalah ketika usianya sudah tua karena terlalu banyak menangis, sebab takut kepada Allah SWT. Pendapat ini dikuatkan sebagaimana oleh Al-Hafidh ‘Umar bin ‘Allak (w. 325H) bahwa al-Tirmizi lahir dalam keadaan normal, tidak mngalami cacat mata. Adapun ia mengalami kebutaan adalah setelah mengadakan berbagai perlawatan dalam mencari hadis Nabi SAW dan setelah menyelesaikan kitab al-Jami’ al-Sahih-nya.[2] Sebagiamana pendapat ini yang dipakai oleh jumhul ulama terhadap seorang al-Tirmizi.

 Dilihat dari perjalanan beliau dalam menuntut ilmu adalah bahwa beliau mulai menuntut ilmu pada usia dua puluh tahun  di kota Khurasan, bahsrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Mekkah, Madinah, Ray, Mesir dan Syam. Dan meurut pandangan sebagian ulama bahwa beliau adalah seorang pengahafal yang kuat di luar kepala sehingga menjadi rujukan dalam hafalan dan keakuratan. Kemudian dalam mempalajari keilmuan beliau cukup banyak mempelajari disiplin ilmu diantaranya mempelajri ilmu hadits, fikih, dan ilmu-ilmu lainnya, sehingga menurut Ibnu Mubarak bahwa Al-Tirmizi “dalam Ilmu Fikih dia pakarnya”.[3]

Adapun keterangan dari keturunan yang melekat pada nama al-Tirmizi yaitu al-Sulami, adalah menandakan bahwa al-Tirmizi adalah berasal Bani Sulaim dari kabilah Ailan.[4] Sementara al-Bugi adalah nama tempat dimana al-Tirmizi menandakan tempat meninggalnya  al-Tirmizi atau tempat wafat atau tempat dimakamkan.[5] Sedangkan kata al-Tirmizi sendiri menandakan kebangsaan di kota Tirmiz, sebuah kota di tepi sungai Jihun di Khurasan, tempat al-Tirmizi dilahirkan.[6] Selanjutnya al-Tirmizi wafat pada malam senin tanggal 13 Rajab tahun 279 H di desa Bug dekat kota Tirmizi.[7]

Adapun para ulama yang menajdi gurunya diantaranya adalah Qitaibah bin Sai’id, Ishaq bin Rahawaih, Muhammad bin’Amru as-Sawwaq al-Balki, Mahmud bin Ghailan, Isma'il bin Musa al Fazari, Ahmad bin Mani', Abu Mush'ab Az Zuhri, Basyr bin Mu'adz al Aqadi, Al Hasan bin Ahmad bin Abi Syu'aib, Abi 'Ammar al-Husain bin Harits, Abdullah bin Mu'awiyyah al-Jumahi, 'Abdul Jabbar bin al 'Ala, Abu Kuraib, 'Ali bin Hujr, 'Ali bin sa'id bin Masruq al Kindi, 'Amru bin 'Ali al Fallas, 'Imran bin Musa al Qazzaz, Muhammad bin aban al Mustamli, Muhammad bin Humaid Ar Razi, Muhammad bin 'Abdul A'la, Muhammad bin Rafi', Imam Bukhari, Imam Muslim, Abu Dawud, dan masih banyak lagi yang lainnya.[8]

Al-Tirmizi dalam dunia keilmuan khususnya ilmu hadis juga merupakan seorang guru yang banyak melahirkan para pakar hadis, adapun diantara murid-muridnya adalah Abu Bakr Ahmad bin Isma'il As Samarqandi, Abu Hamid Abdullah bin Daud Al Marwazi, Ahmad bin 'Ali bin Hasnuyah al Muqri`, Ahmad bin Yusuf An Nasafi, Ahmad bin Hamduyah an Nasafi, Al Husain bin Yusuf Al Farabri, Hammad bin Syair Al Warraq, Daud bin Nashr bin Suhail Al Bazdawi, Ar Rabi' bin Hayyan Al Bahili, Abdullah bin Nashr saudara Al Bazdawi, 'Abd bin Muhammad bin Mahmud An Safi, 'Ali bin 'Umar bin Kultsum as Samarqandi, Al Fadhl bin 'Ammar Ash Sharram, Abu al 'Abbas Muhammad bin Ahmad bin Mahbub, Abu Ja'far Muhammad bin Ahmad An Nasafi, dan masih banyak lagi murid yang lainnya.[9]

Dalam kalangan kritikus hadis, tentang kepribadian dan keilmuan seorang al-Tirmizi tidak diragukan lagi, hal ini dapat dilihat dari pernyataan mereka sebagaimana berikut ini:

a.    Dalam Kitab al-Siqat, Ibnu Hibban menerangkan bahwa al-Tirmizi adalah seorang penghimpun dan penyampai hadis, sekaligus pengarang kitab.

b.    Al-Khalili berkata, “al-Tirmizi adalah seorang tsiqah mutafaq ‘alaih (diakui oleh Bukhari dan Muslim)”.

c.    Al-Idris berpendapat bahwa al-Tirmizi adalah seorang ulama hadis yang meneruskan jejak seorang ulam sebelumnya dalam bidang Ulumul Al-Hadis.

d.   Al-Hakim Abu Ahmad berkata, aku mendengar ‘Imran bin ‘Alan berkata, “Sepeninggal Bukhari tidak ada ulama yang menyamai ilmunya, ke-wara’annya, dan ke-zuhudannyadi kHurasan, kecuali Abu ‘Isa al-Tirmizi.

e.    Ibnu Fadil menjelaskan, bahwa al-Tirmizi adalah pengarang kitab Jami’ dan tafsirnya, dia juga ulama yang paling berpengetahuan.[10]

Selanjutnya, meskipun ulama kritikus hadis mengakui al-Tirmizi, namun Muhammad Ibnu Hazm mengatakan bhawa al-Tirmizi adalah majhul[11] dalam bidang periwayan hadis. Tetapi ada juga ulama yang meresponnya yaitu diantarnya:

a.    Al-Hafiz al-Zahabi berpendapat, Ibnu Hazm mengkritik al-Tirmizi disebabkan ia tidak mngetahui dan belum sempat membaca karya  al-Tirmizi, karena kitab al-Jami’ al-Sahih al-Tirmizi belum masuk kewilayah Andulia (Sepanyol), Negri tempat Ibnu Hazm.

b.    Dan ulama lain seperti Ibnu Hajar mengatakan bahwa, “Suatu kebodohan bagi Ibnu Hazm yang memberikan penilaian majhul kepada al-Tirmizi, padahal al-Tirmizi diakui ke-hafiz-annya, dan termsuk ulama yang tsiqah hafiz menurut pandangan ulama hadis serta karyanya telah mndapat respon positif dikalangan ulama hadis.[12]

Demikianlah pandangan ulama terhadap seorang al-Tirmizi, yang mana tentunya tidak lepas dari respon para ulama tersebut, baik itu respon yang tidak baik, lebih-lebih lagi komentar ulama akan kekredibiliatasan seorang al-Tirmizi tersebut.


Berdasarkan data dan referensi yang ada menunjukan bahwa al-Tirmizi adalah seorang yang sungguh-sungguh dalam manggali hadis dan mendalami ilmu pengatahuan, dimana ini terlihat ketika di kaji dari karya yang telah dihasilkan olehnya, misalnya karyanya-karyanya ada sampai sekarang ini sebagaimana berikut ini:

a.    Kitab Al Jami', terkenal  dengan sebutan Sunan at Tirmidzi.

b.    Kitab Al 'Ilal

c.    Kitab Asy  Syama'il an Nabawiyyah.

d.   Kitab Tasmiyyatu ashhabi rasulillah  shallallahu 'alaihi wa sallam 

e.    Kitab At-Tarikh. 

f.     Kitab Az Zuhd. 

g.    Kitab Al  Asma` wa al kuna, dan lain-lain.[13]

Adapun dari kitab yang di atas, kitab yang memiliki perhatian lebih atau paling monumental oleh orang banyak adalah kitab Jami’ al-Sahih atau lebih dikenal dengan nama Sunan al-Tirmizi. Karena bergitu populerny kitab ini maka ada kitab syarah yang mencoba menjelaskan isi kandungan kitab tersebut, misalnya kitab Aridat al-ahwadi ditulis oleh Abu Bakar ibnu al-‘Arabi al-Maliki, al-Munaqih al-Syazi fi Syarh al-Tirmizi oleh Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Muhammad yang terkanal dengan Ibnu Syyid al-Nas al-Syafi’i.[14]


Sebelum membahas lebih dalam lagi tentang bagaimana sebenarnya profil dari kitab imam al-Tirmizi yang cukup populer tersbut, yaitu kitab Jami’ al-Sahih atau lebih terkenal dengan nama Kitab Sunan al-Tirmizi. Tentu terlebih dahulu perlu diketahui akan kondisi atau bagaimana situasi ketika kitab Jami’ al-Sahih ditulis.

Abad ke-3 H adalah dimana pada abad ini merupakan fase kejayaan Islam, dan juga merupakan fase puncak kemajuan ilmu pengatahuan yang dikembangkan oleh ulama dalam disiplin ilmu pengetahuan, misalnya dalam bidang ilmu hadis, fiqih, filsafat, ilmu kalam dan tasawuf, dan ilmu-ilmu lainnya.

Dalam kawasan periode ini juga merupakan periode “penyempurnaan dan pemilihan”, yaitu penanganan terhadapa persoalan yang belum dapat terselasaikan pada periode seblumnya, seperti persoalan Jahr wa al-ta’dil, persambungan sanad dan kritik matan, serta pemisahan hadis Nabi SAW dan fatwa sahabat. Dari adanya usaha inilah banyak melahirkan kitab-kitab hadis yang beragam coraknya, diantaranya kitab sahihain (Bukhari dan Muslim), dan kitab-kitab  sunan yang mana di dalamnya memuat hadits-hadits yang hasan, dha’if, bahkan mungkar, misalnya sunan Abu Daubd (w. 273 H), al-Tirmizi (w. 279 H), dan an-Nasa’i (w. 303 H). [15]

Menurut pandangan ulama bahwa keberadaan kitab ini adalah untuk menjawab perssolan yang ada pada waktu itu, misalnya maslah pemalsuan hadis yang dilahirkan oleh golongan pendusta, dan menjawab atas madzhab teolog yang fanatik dalam membela golongannya. Maka oleh sebab itulah mangapa pada periode ini kitab hadis yang ada lebih banyak berorientasi pada kitab fiqih.[16]

Adapun frofil dari kitab Jami’ al-Sahih ini adalah sebagai berikut:

a.    Nama Kitab            : Jami’ al-Sahih atau Sunan al-Tirmizi

b.    Pengarang   : Muhammad bin Isa bin Saurah bin Adh Dlahak As-Salami

 al-Tirmidzi (Abu Isa al-Tirmzi).

c.    Kitab           : al-Aqa’id (Akidah), al-Riqaq ( Budi Luhur ), Adab (Etika),

Al-Tafsir (Tafsir Al-Qur’an), al-Tarikh wa al-Syiar    (Sejarah dan Jihad Nabi), al-Syama’il (Tabiat), al-Fitan (Fitnah), dan al-Manaqib wa al-Masalib.[17]

d.   Isi Kitab      : terdiri dari 5 Juz, 2376 Bab, dan 3956 Hadits.[18]

e.    Hadis          : Hadis Shahih 138 Hadis, Hadis Hasan Shahih 1454 Hadis,

Hadis Shahih Gharib 8 Hadis, Hadis Hasan Shahih Gharib 254 Hadis, Hadis Hasan 705 Hadis, Hadis Hasan Gharib 571 Hadis, Hadis Gharib 412 Hadis, dan hadis yang dihukumkan Dha’if  ada 344 Hadis, serta hadis yang tidak dinilai dengan jelas oleh para ulama ada 344 hadis.[19]

Menurut al-Tirmizi, isi hadis-hadis yang ada dalam kitab Jami’ al- Shahih adalah hadis yang telah diamalkan oleh ulama Hijaz, Irag, Khurasan, dan daerah lain kecuali dua hadis yang diperselisihkan ulama dari segi sanad dan segi matannya.[20] Sehingga ada ulama yang menerima maupun menolak hadis ini dengan alasan yang berdasarkan naql (dalil Al-Qur’an dan Hadis) maupun akal.


Berdasarkan kajian metodologi dalam kitab Jami’ al-Shahih, hadis atau sumber rujukan dalam pengutipan hadits oleh al-Tirmizi adalah dimana beliau kutip dari periwayatan-perirwayatan gurunnya sebagaimana telah disebutkan di atas tentang guru-gurunya. Termasuk yang menjadi landasan dasar sumber hadis yang ia kutip adalah diantaranya dalam kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan an-Nasa’i, Sunan abu Daud, dan kitab-kitab lainnya dari ulama yang telah di jelajahinya dalam perjalanannya menuntut ilmu.

Dalam sistematika penulisan yang digunakan oleh al-Tirmizi adalah sebagaimana yang ia ucapkan dalam kitabnya Sahih al-Timizi  bahwa beliau mengutip hadis dari hadis yang shahih, hasan shahih, gahrib, hasan, dhai’f laisa  bihi matru’, serta hadis yang tidak jelas dari gurunya. Maksudnya adalah dalam sistematika penulisan pendekatan yang ia gunakan adalah memilih mengambil hadis yang lemah tetapi tidak menghalangi dalam pengamalannya dan tetap banyak diamalkan oleh para fuqaha, dari pada qiyas dan ijma’.

Berdasarkan keterangan di atas maka itulah sebabnya al-Timizi menciptakan istilah hadis hasan yang mana kedudukannya dibawah hadis shahih dan di atas hadis hasan tetapi dapat digunakan sebagai hujjah.

Dalam merwayatkan hadis al-Tirmizi berbeda dengan ulama lainnya, diantarnya adalah dimana hadis yang ia riwayatkan adalah hadis beragam baik itu shahih bahkan sampai ketingkatan Dha’if. Meskipun demikian dalam hal ini ia tidaklah sembarangan dalam meriwayatkan, tetapi hadis yang ia riwayatkan adalah hadis yang sudah di takhrij, bahkan ia diskusikan dengan gurunya, misalnya Imam Al-Bukhari. Adapun alasan yang ia berikan dalam kitabnya terhadap mengapa metode dan pendakatan yang ia gunakan seperti yang telah dijelaskan di atas tidak lain, yaitu dengan keterangan tentang hadis tersebut adalah agar  semua orang tahu bahwa misalnya hadis yang ia riwayatkan tersebut adalah adalah hadis yang shahih, hasan, gahrib, bahkan dha’if, serta diiringi dengan keterangannya.

Berikut ini metode-metode yang ia gunakan dalam menyusun kitab Shahih al-Tirimizi:

a.    Mentakhrij hadis yang menjadi amalan para fuqaha’.

b.    Memberi penjelasan tentang kualitas hadis dan keadaan hadis tersebut.

Menurut al-Hafiz Abu Fadil bin Tahir al-Maqdisi (w. 507), bahwa ada empat syarat yang ditetapkan oleh Imam al-Tirmizi sebagai standarisasi periwayatan hadis, yaitu:

a.    Hadis-hadis yang sudah disepakati keshaihannya oleh Bukhari dan Muslim.

b.    Hadis yang shahih menurut standar keshahihan Abu Daud dan An-Nasa’i, yaitu hadis-hadis yang para ulama tidak sepakat untuk meniggalkanya, dengan ketentuan hadis itu bersambung sanadanya dan tidak mursal.

c.    Hadis-hadis yang tidak dipastikan dengan menjelaskan sebab-sebab kelemahannya.

d.   Hadis-hadis yang dijadikan hujjah oleh fuqaha’ baik hadis tersebut shahih mapun tidak. Dan maksudnya adalah bahwa ketidak shahihannya ini tidak sampai ketingkat dha’if matruk.[21]

Demikianlah metode-metode yang digunakan oleh al-Tirmizi dalam penilisan kitabnya Jami’ al-Shahih. Adapun untuk lebih jelasnya tentang sistematika penulisan kitab Jami’ al-Shahih, dapat kita lihat dari tabel berikut ini:




No.


Nama Kitab / Bab


Juz Ke-


Jumlah




Bab


Hadis




1


Bab al-taharah


1


122


148




2


Aswab as-Salah


1


62


89




3


Aswab Witir


2


22


35




4


Aswab al-Jum’ah


2


29


41




5


Bab ‘Idain


2


9


12




6


Bab as-Safara


2


44


72




7


Kita38 Zakat


3


38


73




8


Kitab Siyam


3


83


126




9


Kitab al-Hajj


3


116


15




10


Kitab Janazah


3


76


144




11


Kitab Nikah


3


43


65




12


Kitab Rada’


3


19


26




13


Kitab Talaq dan li’an


3


23


30




14


Kitab Buyu


3


76


104




15


Kitab al-Ahkam


3


42


58




16


Kitab Diyat


4


23


36




17


Kitab al-Hudud


4


30


40




18


Kitab al-Said


4


7


7




19


Kitab al-Zabaih


4


1


1




20


Kitab al-Ahkam dan al-Wa’id


4


6


10




21


Kitab ­al-Dahi


4


24


30




22


Kitab al-Siyar


4


48


70




23


Kitab Keutamaan Jihad


4


26


50




24


Kitab al-Jihad


4


39


49




25


Kitab al-Libas


4


45


67




26


Kitab al-At’imah


4


48


72




27


Kitab al-Asyribah


4


21


34




28


Kitab Birr wa al-Silah


4


87


138




29


Kitab al-Tibb


4


35


33




30


Kitab al-Fara’id


4


23


25




31


Kitab al-Washaya


4


7


8




32


Kitab al-Wala’ wa al-Hibah


4


7


7




33


Kitab al-Fitan


4


79


111




34


Kitab al-Ru’ya


4


10


16




35


Kitab al-Syahadah


4


4


7




36


Kitab al-Zuhd


4


64


110




37


Kitab Sifat al-Qiyamah, al-Raqa’iq dan al-Wara’


4


60


110




38


Kitab Sifat al-Jannah


4


27


45




39


Kitab Sifat Jahannam


4


13


21




40


Al-Iman


5


18


31




41


AL-‘Ilm


5


19


31




42


Isti’zan


5


34


43




43


Al-Adab


5


75


118




44


Al-Nisa’


5


7


11




45


Fada’il Qur’an


5


25


41




46


Kitab al-Qira’at


5


13


18




47


Kitab Tafsir al-Qur’an


5


95


158




48


Kitab al-Da’wat


5


133


189




49


Kitab al-Munaqib


5


75


133




50


Kitab al-Ilal


5


-


-


Keterangan :

a.    Juz Ke-1 dan Ke-2 di tahqiq dan di ta’liq oleh Ahmad Muhammad Syakir.

b.    Juz Ke-3 di tahqiq dan di ta’liq oleh Fu’ad Abd al-Baqi’.

c.    Juz Ke-4 di tahqiq dan di ta’liq oleh Ibrahim ‘Adwah ‘Aud.

d.   Juz Ke-5 di tahqiq dan di ta’liq oleh Ibrahim ‘Adwah ‘Aud, dengan ditambah satu pembahasan yaitu al-Ilal.[22]

Jadi dari pembahasan di atas dapat difahami bahwa al-Tirmizi adalah seorang pakar hadis yang namanya sudah terkenal dalam dunia hadis, dan tentang kekredibilitasannya tidak diragukan lagi terutama oleh dunia keilmuan dalam bidang disiplin ilmu hadis. Sehingga banyak dari karangannya yang menjadi pegangan para pakar hadis setelah al-Tirmizi sampai sekarang ini. Adapun kitab hadis yang paling menumental atau populer adalah kitab Jami’ al-Shahih atau lebih dikenal dengan nama Sunan al-Tirmizi.





Berdasarkan pembahsan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa nama lengkap dari al-Tirmizi adalah Muhammad bin isa bin Saurah bin Adh Dlahak As-Salami al-Tirmidzi, beliau lahir pada tahun 209 H di Turmudz dan beliau wafat pada hari senin tanggal 13 Rajab tahun 279 H di desa Bug dekat kota Tirmizi.

Adapun karya beliau yang beliau hasilkan selama masa hidupnya adalah Kitab A- Jami', terkenal  dengan sebutan Sunan at Tirmidzi, Kitab Al-'Ilal, Kitab Asy  Syama'il an Nabawiyyah, Kitab Tasmiyyatu ashhabi rasulillah  shallallahu 'alaihi wa sallam , Kitab At-Tarikh, Kitab Az Zuhd, Kitab Al- Asma` wa al kuna, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Kitab yang terkenal adalah kitab Jami’ al-Shahih, yaitu kitab yang dikarang oleh Muhammad bin isa bin Saurah bin Adh Dlahak As-Salami al-Tirmidzi atau dengan sebutan Abu ‘Isa al-Timizi. Kitab ini terdiri dari 5 Juz, 2376 Bab, dan 3956 Hadits, adapun hadis yang tekandung di dalamnya, ada hadis yang shahih, hasan Shahih, Hasan, Gharib, Hasan Gharib, dan bahkan ketingkatan Dha’if laisa bihi matruk.


Demikianlah pembahsan makalah yang telah rincikan di atas dimana dari pembahasan ini lebih difokuskan kepada Biografi al-Tirmizi, Karya-kryanya, Frofil kitab Jami’ al-Shahih, serta Metodologi Imam al-Tirmizi dalam menyusun kitab al-Jami tersebut.

Dari penulisan makalah ini, jika masih banyak kekurangan baik itu kesalahan dalam penulisan maka diharapkan untuk dapat memebrikan masukan saran dan kritik terhadap metodologo penulisan ini. Selain itu juga jika dalam pembahasan masih banyak yang tidak di munculkan dalam pembahasan ini maka diharapkan kepada pembaca untuk mengembangkan lagi pebahasan ini, tentunya dengan data serta sumber yang lebih akurat.





Abu Khalil, Al-Dakatur Syauqi. 1426 H/ 2005 M. Atlas al-Hadis al-Nabawi Minal al-Kitab al-Shahih al-Sittah. (Damaskus: Dar al-Fikr).

Abu Zahu, Muhammad muhammad. 1404 H / 1984 M. Kitab AL-Hadis wa Al-Muhadasun “ At-Ta’rif Bi Al-Kitab ,wa Al-Ba’ats ‘Ala Nasyarah”.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar. 1994. Tahzib al-Tahzib, Juz IX, (Beirut Darul al-Fikr).

Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta. 2003. Studi Kitab Hadis. (Yogyakarta: Teras).

Fadil, Ibnu. 1987. Lisan al-Mizan, Juz VII. (Beirut: Dar al-Fikr).

Harahap, Khairul Amru, Achmad Faozan. “Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah”, Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar.

Khaeruman, Badhri. 2010. Ulum Al-Hadis, (Bandung : Pustaka Setia)

Kitab Hadis Sembilan Imam, dalam Lidwa.

Mustafa, Al-Dakatur. As-Sunnah wa Makannataha fi al-Tasyri’ al-Islami, (Beirut : Dar al-Waraq)

Su’ud, Ahmad Said Ahmad. 1415 H / 1990 M. Fi Rihab al-Sunnah al-Kitab al-Shahih al-Sittah. ( Mujma’ al-Bahust al-Islamiah ).





[1] Muhammad muhammad Abu Zahu, Kitab AL-Hadis wa Al-Muhadasun “ At-Ta’rif Bi Al-Kitab ,wa Al-Ba’ats ‘Ala Nasyarah”, tahun 1404 H / 1984 M.


[2] Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta. Studi Kitab Hadis. (Yogyakarta: Teras, 2003), hlm 106.


[3] Khairul Amru Harahap, Achmad Faozan, “Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah”, Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar, halaman 353.


[4] Ahmad Said Ahmad Su’ud, Fi Rihab al-Sunnah al-Kitab al-Shahih al-Sittah, (Mujma’ al-Bahust al-Islamiah, 1415 H/1990 M) halaman 145.


[5] Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta. Studi Kitab Hadis,... halaman 105.


[6] Ahmad Said Ahmad Su’ud, Fi Rihab al-Sunnah al-Kitab al-Shahih al-Sittah, halaman 145.


[7] Al-Dakatur Mustafa, As-Sunnah wa Makannataha fi al-Tasyri’ al-Islami, Beirut : Dar al-Waraq,  Halaman 492. Lihat juga Badhri Khaeruman, Ulum Al-Hadis, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), halaman 267.


[8] Ibnu Hajar Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, Juz IX, (Beirut Darul al-Fikr, 1994), halaman 387. Al-Dakatur Syauqi abu Khalil, Atlas al-Hadis al-Nabawi Minal al-Kitab al-Shahih al-Sittah, Damaskus: Dar al-Fikr, 1426 H/ 2005 M) halaman 14.


[9] Kitab Hadis Sembilan Imam, dalam Lidwa.


[10] Ibnu Hajar Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib,... halaman 387. Lihat juga Ibnu Fadil, Lisan al-Mizan, juz VII (Beirut: Dar al-Fikr, 1987), halaman 371.


[11] Dalam istilah ilmu hadis, Majhul adalah seorang yang tidak dikenal dikalangan ulama hadis.


[12] Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta. Studi Kitab Hadis,... halaman 107-108.


[13] Ahmad Said Ahmad Su’ud, Fi Rihab al-Sunnah al-Kitab al-Shahih al-Sittah,.. halaman 151-152.


[14] Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta. Studi Kitab Hadis,... halaman 109.


[15] Ibid,... halaman 110


[16] Ibid,... halaman 111


[17] Ibid,... halaman 115.


[18] Ibid,... halaman 115.


[19] Ibid,... halaman 120.


[20] Yaitu hadis mengenai shalat Jama’ yang mana bunyi hadisnya sebagai berkut, ”Sesungguhnya Rasulullah menjama’ shalat Zuhur dengan ashar, dan Maghrib dengan Isa’, tanpa adanya sebab takut dalam perjalanan, dan tidak pula karena hujan”. Dan hadis tentang “ Apabila seorang mukmin minum Khamar, maka deralah ia, dan jika ia kembali minum khamar pada yang keempat kalinya maka bunuhlah ia”.


[21] Dosen Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Yogyakarta. Studi Kitab Hadis. (Yogyakarta: Teras, 2003), hlm 115.


[22] Ibid..., halaman 116-118.

0 comments:

Post a Comment

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com