1.
Biografi Muhammad Abduh
Syaikh Muhamad Abduh bernama lengkap Muhammad
bin Abduh bin Hasan Khairullah. Beliau dilahirkan Mesir, tepatnya di desa
Mahallat Nashr di Kabupaten Buhairah, tahun 1850 M/1266 H, dari keluarga yang
tidak tergolong kaya dan bukan pula keturunan bangsawan. Muhammad Abduh hidup
dalam lingkungan keluarga petani di pedesaan. Namun demikian, ayahnya dikenal
sebagai orang terhormat yang suka memberi pertolongan. Semua saudaranya
membantu ayahnya mengelola usaha pertanian, kecuali Muhammad Abduh yang oleh
ayahnya ditugaskan untuk menuntut ilmu pengetahuan.
Kemudian dari latar belakang keluarga yang
sangat menjunjung tinggi akan Ilmu pengatahuan terutama tentang Agama, sehingga
biarpun beliau sudah menikan ia tetap diminta oleh orang tuanya untuk menuntut
Ilmu lagi. Karenadesakan ini ia
melarikan diri dari rumah dan lari ke ke
Syibral Khit dimana di desa ini banyak tinggal keluarga dari ayahnya. Kemudian
disinilah dia bertemu dengan Syeikh Darwisy Khidr, salah seorang pamannya
sendiri yang mempunyai pengetahuan mengenai Al-Qur’an dan penganut Thariqah
Asy-Syadziliah.[1] Selain itu Syeikh Darwisy juga telah hafal Muwaththa’ Ibnu
Malik dan beberapa kitab hadits lainnya.
Dari pertemuan inilah beliau yang pada awalnya tidak mengatahui
hakikat Ilmu pengatahuan maka mulai semangat beliau untuk belajr kembali yaitu
di di Mesjid dan pada akhirnya ia
menjadai salah satu pemikir yang cukup terkenal dengna pemikirannya yang
rasional dalam memahami dan menjelaskan Permasalahan berlaku. Misalnya
pemikiran rasionalnya dalam menjelaskan makna dan kandungan dalam Al Qur’an,
dan bagaimaa ia melihat akan perlunya suatu trobosna baru dalam memahami
hakikat manusia itu sendiri ksehingg timbul semangat untuk membangun dan
mempersatukan Umat Islam.
Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar, yaitu
pada bulan Februari 1866. Berawal dari sinilah ia banyak mengenal Syaikh Hasan Ath-Thawi, Muhammad Al-Basyuni,
dan Tahun 1871 Muhammad Abduh mulai berkenalan dengan Jamaludin Al-Afghani.
Pemkir-pemikir inilah yang merubah pemikiran beliau dan membuat beliau
termotivasi untuk membangun kemabali keemasan umat Islam yang sudah pudar
setelah masa keruntuhan umat Islam di masa Dinasti Abbasiyyah sebelumnya.
2.
Pemikiran
Muhammad Abduh
Sudah dijelaskan di atas bahwa pada awal
pemikirannya dalam bidang yang berbau polotik atau termasuk dalam pemikiran
pembahru Islam adalah berawal dari perkenalan beliau dengan Al Af Ghani ini,
diawali dengan rajinnya Abduh mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah yang
dilaksanakan oleh Jamaluddin Al-Afghani. Lama kelamaan hubungan ini berhasil
mengalihkan pemahaman Muhammad Abduh dari tasawuf dalam arti yang sempit,
sebagai bentuk tata cara berpakaian dan zikir, kepada tasawuf dalam arti yang
lebih luas, yaitu perjuangan untuk melakukan perbaikan keadaan masyarakat,
membimbing mereka untuk maju, dan membela ajaran-ajaran Islam.
Hal ini terbukti sebagaimana Muhammad Abduh dan
jamaludin dalam kelompok yang di lahirkan oleh pemikiran Jamaludin Al Af Ghani.
Yang mana tujuan dari gerakan kelompok ini adalah untuk membangun persatuan dan
persaudaraan Umat Islam yang sudah lama hilang dari dalam diri Umat Islam pada masanya
beliau ketika itu. Misalnya dalam peristiwa yang disebut “Revolusi Urabi
Pasya”, diman Muhammad abduh juga memilki peranan yang cukup penting, sehingga
ia dan sahabatnya yang lain sempat di
penjarakan dan dibuang keluar negeri pada tahun 1882, pada mulanya di Beirut
dan kemudian diparis. Kemudian pada tahun 1884 ia bersama dengan gururnya
Jamaludin Al Af Ghani mengeluarkan majalah yang bernama al Urwah al Wusqa,
tetapi usia majalah ini tidak lama. Hal ini karena mendapat tantangan dari
bangsa Eropa.
[1] Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Abul Hasan
Asy- Syadzali. Tarekat ini merupakan salah satu tarekat terbesar disunia.
0 comments:
Post a Comment