Wednesday, November 16, 2016

Politik dan Agama

"KONVERGENSI"
        Memang hidup ini tidak lepas dari kehidupan Politik. Apalah lagi di negara Indonesia yang menjunjung tinggi asas negara yang demokratis ini, kebebasan berpendapat di muka bukan lagi menjadi sesuatu yang tabu, berbeda pendapat sesuatu yang lumrah. Berbeda dengan masa orde baru dulu dimana semuanya dikekang oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Namun di era baru sekarang ini, terkesan semuanya menjadi serba bebas yang kebablasan kata Prof. Dr. Asep Syaiful Muhtadi, M.A. (Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN SGD Bandung), bahkan karena kebebasan itu sendiri seakan batasan norma, aturan, hukum, dan akidah tidak diberlakukan. Maka jangan heran apabila di negara Indonesia tercinta ini, banyak sekali kasus-kasus yang muncul karena adanya “Rasa Sakit Hati”. Kasus pemimpin misalnya yang diduga telah menodai kesucian suatu agama, kasus artis yang mencemarkan nama baik. Timbul pertanyaan yang menggelitik, apakah yang salah dengan negeri ini?. Bukankah bangsa Indonesia adalah bangsa yang santun, bukankah bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah, bukankah bangsa Indonesia adalah bangsa yang beradab. Namun yang terjadi malah sebaliknya. Apakah yang salah dengan negeri ini?. Hukum katanya adalah penegak keadilan terakhir yang mengadili para pelanggar hukum. Namun banyak yang bilang hukum kita “ibarat pisau, tajam ke bawah dan tumpul ke atas” seakan mati ketika bertemu dengan “Uang”. Aparat penegak hukum polisi yang katanya lembaga yang mengayomi masyarakat, tetapi kata banyak orang polisi justru menjadi “Pungli” yang memeras rakyat, dan anggota legislatif yang katanya menjadi wakil suara rakyat, tetapi justru banyak yang bilang suaranya banyak yang menindas dan menyengsarakan rakyat. Jabatan kepala daerah atau kantor-kantor yang katanya tugas yang diamanahkan adalah demi kesejahteraan rakyat, tetapi nyatanya sebagai LKK “Lembaga Keuangan Keluarga”. Amanahnya simpan di belakang namun KKN nya dikedepankan. Tidak hanya itu, yang lebih parah lagi katanya bangsa Indonesia adalah bangsa yang “Agamis” yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. Agama Islam, Kristen, Kahtolik, Hindu, Budha, Khonghucu adalah agama yang di akui di negara ini. Semua agama tersebut bagi bangsa Indonesia sesungguhnya bukanlah sebuah bencana, namun justru keberagamaan itu adalah sebuah rahmat, yaitu rahmat yang mesti dijaga dan dipertahankan. Sungguh sangat malu dan memalukan jika karena urusan politik yang sebenarnya bukanlah satu-satunya alat untuk mewujudkan kedamaian dan kenyamanan bangsanya, justru di gunakan untuk meruntuhkan rasa persatuan bangsa yang diperjuangkan oleh para pahlawan untuk anak dan cucunya. Agama semestinya dijadikan pemersatu untuk menjaga kedamaian dan persatuan bangsa, karena setiap agama mengajarkan pada umatnya akan arti nilai kebersamaan, akan nilai kejujuran, akan arti nilai kebaikan, dan akan arti nilai ketuhanan. Seharusnya itulah yang mesti dikedepankan dan karena perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Peganglah kesucian masing-masing nilai keagamaan yang diamanahkan oleh “TUHAN”. Jangan gara-gara perpolitikan yang tidak sehat akhirnya “AKIDAH TERGADAIKAN”.

0 comments:

Post a Comment

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html www.lowongankerjababysitter.com www.lowongankerjapembanturumahtangga.com www.lowonganperawatlansia.com www.lowonganperawatlansia.com www.yayasanperawatlansia.com www.penyalurpembanturumahtanggaku.com www.bajubatikmodernku.com www.bestdaytradingstrategyy.com www.paketpernikahanmurahjakarta.com www.paketweddingorganizerjakarta.com www.undanganpernikahanunikmurah.com