"Tidak Cinta Dunia Bukan Berarti Tidak Memiliki Dunia" |
Kebahagiaan dunia adalah
cita-cita semua orang. Apalagi dengan bergelimang harta yang melimpah, pangkat
dan jabatan yang tinggi di mata sebagian orang itu adalah harapan yang di
dambakan. Sehingga tidak heran ketika keinginan keras untuk mendapatkannya
akhirnya mendorong banyak orang untuk menghalalkan berbagai cara. Tidak
tanggung-tanggung segalanya menjadi taruhan. Diri digadaikan, keluarga dikesampingkan,
teman di lupakan, dan lebih parah lagi “Tuhan” diperjualbelikan. Demi mewujudkan
apa yang menjadi cita-cita dan harapan akhirnya Nafsu menjadi “tuhan” yang
tidak ada tawar menawar ketika firmannya telah dikumandangkan. Padahal ketika
dunia menjadi tujuan, harta menjadi senjata pertempuran, pangkat dan jabatan
yang dipertuhankan itu tidaklah akan pernah menghilangkan haus yang
menggerogoti tenggorokan. Teringat pepatah Pribahasa Arab Klasik seperti yang
diungkapkan; “Orang yang mengejar dunia
itu layaknya orang yang meminum air laut yang tidak sedikitpun memnghilangkan
haus, semakin banyak diminum akan semakin menambah dahaganya tenggorokan”
(Luqman hakim Arifin, 2015). Itulah dunia, semakin di kejar akan semakin jauh
berjalan, semakin dikejar akan semakin akan semakin jauh berlari. Memang dunia
itu perlu dan pantas untuk diperjuangkan namun ketika dunia adalah satu-satunya
tujuan maka jangan pernah harapkan akhirat sebagai buahnya. Alangkah baiknya
jika akhirat adalah cita-cita dan dunialah jembatannya. Sebagaimana sabda
baginda Nabi bahwa “dunia adalah ladang
bagimu maka akhirat adalah buahnya”, pada kesempatan lain disebutkan “kehidupan adalah laksana sebuah perjalanan
singkat, dunia adalah tempat persinggahan”.
0 comments:
Post a Comment